Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. R yang Anggota Keluarganya Mengalami Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rogotrunan Tahun 2023
Abstract
WHO mendefinisikan sehat sebagai keadaan sejahtera yang meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah skizofrenia. Skizofrenia membutuhkan perawatan jangka panjang yang melibatkan dukungan seluruh anggota keluarga. Skizofrenia bisa kambuh jika tidak dikelola dengan baik oleh keluarganya. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga bersama-sama menjalankan peran dan tugas kesehatan keluarga sehingga anggota keluarga yang menderita skizofrenia bisa terkontrol dengan baik. Tanda dan gejala skizofrenia seperti delusi, halusinasi, bicara tidak jelas, perilaku tidak terorganisir, berkurangnya ekspresi emosi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengekplorasi Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. R yang Anggota Keluarganya Mengalami Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rogotrunan Tahun 2023. Dalam tugas akhir ini desain yang digunakan oleh penulis adalah laporan kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi terhadap suatu partisipan skizofrenia dengan masalah keperawatan gangguan persepsi sensori. Intervensi utama yang dapat dilakukan pada pasien dan keluarga dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori yaitu manajemen halusinasi. Salah satu terapi yang non farmakologi yaitu terapi okupasi Terapi okupasi termasuk ke dalam intervensi manajemen halusinasi yaitu anjurkan melakukan distraksi (misalnya melakukan aktivitas). Setelah dilakukan manajemen halusinasi selama 2 minggu dengan 3 kali tatapmuka didapatkan didapatkan hasil pada pasien yaitu masalah teratasi pada hari ke 3 setelah dilakukan intervensi pasien dan keluarga mau mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, minum obat, melakukan terapi distraksi (melakukan terapi okupasi seperti menanam, menyiram, menggambar, menyapu, dan melakukan kegiatan bersih-bersih di rumah. Pada evaluasi hari terakhir TUM seperti mendengarkan bisikan berkurang, perilaku halusinasi menurun, menarik diri menurun, melamun menurun dan konsentrasi membaik sedangkan untuk TUK pasien dan keluarga pasien dapat menyebutkan penyebab gangguan jiwa dan menyebutkan cara merawat anggota keluarganya yang mengalami skizofrenia. Dari hasil laporan kasus ini, diharapkan penulis selanjutnya agar hasil penelitian dapat lebih menguatkan intervensi di dalam diagnosa prioritas keperawatan dan dapat ditambahkan dengan menambahkan waktu perawatan dalam pelaksanaan terapi okupasi waktu luang dan menghardik sesuai dengan hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan dan dapat terus dikembangkan lebih baik lagi untuk kedepannya. Dalam hal ini, pasien dan keluarga diharapkan dapat mengetahui faktor pemicu dan gejala yanng dapat timbul, sehingga pasien dan keluarga bisa mengetahui cara mengontrol halusinasi. Penulis juga memberikan saran supaya pasien dan keluarga dapat melakukan terapi okupasi dengan harapan halusinasi dapat dikontrol.