Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Tn. M dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Kenanga RSUD dr. Haryoto Lumajang
Abstract
Hipertensi adalah salah satu penyakit pada sistem kardiovaskular yang
tidak menular atau sering disebut silent killer. Hipertensi atau tekanan darah yang
tinggi dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke, infark miokard, gagal ginjal,
dan enselofati. Gejala yang sering dialami pada penderita hipertensi adalah nyeri
kepala. Nyeri kepala pada penderita hipertensi disebabkan oleh perubahan struktur
pembuluh darah, yan menimbulkan vasokontroksi dan gangguan sirkulasi pada
otak yang menyebabkan terjadinya sakit kepala dan menimbulkan masalah
keperawatan nyeri akut. Nyeri kepala yang tidak segera ditangani dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari yang akan dijalani. Tujuan laporan tugas akhir
adalah mengeksplorasi Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Hipertensi Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut di RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun 2023.
Laporan tugas akhir ini menggunakan desain laporan kasus. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah, wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi terhadap satu orang pasien hipertensi yang memenuhi kriteria
partisipan. Hasil pengkajian menujukkan bahwa 5 dari 6 gejala dan tanda mayor
terjadi pada pasien meliputi pasien mengeluh nyeri skala 4, tampak meringis,
gelisah, frekuensi nadi 128 x/menit, dan sulit tidur. Adapun tanda gejala minor
yang muncul 4 dari 7 tanda gejala minor yaitu tekanan darah 177/114 mmHg, pola
napas berubah, nafsu makan berubah, dan berfokus pada diri sendiri. Intervensi
utama dan implementasi yang diberikan yaitu manajemen nyeri dan terapi
relaksasi. Pada terapi relaksasi penulis memilih intervensi terapi relaksasi otot
progresif yang dilakukan sebanyak satu kali perhari. Setelah dilakukan
implementasi keperawatan selama 3 hari, didapatkan tujuan tercapai. Seluruh
kriteria hasil yang dilakukan dicapai oleh pasien yaitu pasien mengeluh nyeri dengan skala 2, tidak tampak meringis, pasien tidak gelisah, frekuensi nadi 103
x/menit, tidak sulit tidur, tekanan darah 165/100 mmhg, pola napas pasien
membaik, nafsu makan pasien membaik, dan berfokus pada diri sendiri menurun.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi gabungan
manajemen nyeri dan terapi relaksasi otot progresif bisa menurunkan nyeri dalam
level sedang, walaupun pada Tn. M. hanya sedikit menurunkan tekanan darah,
dikarenakan waktu untuk melakukan intervensi tergolong singkat yaitu hanya 3
hari. Untuk mendapatkan hasil yang optimal hingga sampai menurunkan tekanan
darah diperlukan waktu yang lebih panjang.
Dari hasil laporan kasus ini diharapkan penulis selanjutnya dapat
melakukan intervensi pemberian terapi relaksasi otot progresif selama minimal 6
hari dengan frekuensi 1-2 kali sehari seperti penelitian sebelumnya. Bagi perawat
latihan relaksasi otot progresif ini dapat dijadikan intervensi untuk mengatasi
keluhan nyeri pada pasien hipertensi terutaman dalam level ringan dan sedang.
Bagi pasien dan keluarga diharapkan saat di rumah dapat melanjutkan terapi
relaksasi otot progresif ini untuk mengurangi nyeri timbul dirumah.