Uji Antibakteri Ekstrak Buah Okra Hijau (Abelmoschus esculentus) Konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, dan 100% terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis
Abstract
Abstrak: Pendahuluan: Enterococcus faecalis merupakan bakteri resisten dengan berbagai faktor virulensi yang ditemukan pada 77% kasus kegagalan perawatan saluran akar (PSA). Bahan irigasi yang umum digunakan dalam PSA yaitu NaOCl 2,5% dan EDTA 17%. NaOCl 2,5% mampu melarutkan jaringan organik, jaringan pulpa vital, dan nekrotik, sedangkan EDTA 17% melarutkan jaringan anorganik dentin dan smear layer. Akan tetapi, NaOCl 2,5% dan EDTA 17% menimbulkan iritasi pada jaringan lunak dan jaringan periapikal. Ekstrak buah okra hijau (BOH) memiliki senyawa metabolit sekunder bersifat antibakteri, seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan terpenoid. Penelitian dilakukan untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak BOH konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, dan 100% terhadap E. faecalis. Metode: Jenis penelitian merupakan eksperimental laboratoris secara in vitro dengan desain post-test only control group design. Uji antibakteri menggunakan metode difusi cakram terdiri dari 7 sampel penelitian, yaitu ekstrak BOH konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, 100%, NaOCl 2,5%, EDTA 17%, dan larutan aquades (kontrol negatif). Daya antibakteri terlihat dari zona bening di sekitar kertas cakram. Hasil: Rata-rata diameter zona hambat ekstrak BOH konsentrasi 12,5% (9,63 mm), 25% (14,39 mm), 50% (16,64 mm), 100% (19,28 mm), NaOCl 2,5% (24,25 mm), EDTA 17% (20,75 mm), dan larutan aquades (0,00 mm). Analisis data dengan uji Man-Whitney menunjukkan perbedaan bermakna antarsemua kelompok penelitian (P<0,05). Kesimpulan: Daya antibakteri ekstrak BOH terhadap E. faecalis meningkat dari konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, dan 100%, tetapi lebih kecil dibandingkan NaOCl 2,5% dan EDTA 17%.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]