Analisis Survival Penggunaan Kontrasepsi Suntik pada Wanita Menikah Usia Muda 15-19 Tahun (Analisis Lanjut Data SDKI 2017)
Abstract
Penggunaan kontrasepsi suntik masih menjadi pilihan utama pada wanita
menikah usia 15-19 tahun dengan proporsi 56,4% namun kontrasepsi suntik yang
sering menemui kejadian dropout menjadi salah satu penyebab meningkatnya
Total Fertility Rate (TFR) dari 2,28 pada 2016 menjadi 2,4 pada 2017.
Diperkirakan satu dari tiga kehamilan tidak diinginkan disebabkan karena
ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kelangsungan pemakaian metode kontrasepsi suntik
wanita menikah usia muda dan faktor yang mempengaruhi kelangsungannya.
Penelitian ini berjenis analitik dengan pendekatan cross sectional yang
menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Data
dianalisis menggunakan analisis survival (regresi cox dan extended cox). Variabel
yang diteliti yaitu pendidikan yang pernah ditempuh, pekerjaan, wilayah tempat
tinggal, tingkat ekonomi, efek samping, paritas, informasi mengenai KB,
dukungan pasangan, dan keterampilan mendiskusikan KB dengan pasangan.
Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor (95,8%)
memiliki anak lahir hidup kurang dari dua. Pendidikan formal yang pernah
ditempuh akseptor terbanyak yaitu pada jenjang Sekolah Menengah Pertama
(50%) dan mayoritas akseptor tidak bekerja (71,8%). Akseptor lebih banyak
tinggal di pedesaan (59,3%) dengan tingkat perekonomian mayoritas pada tingkat
sangat miskin (34,7%). Mayoritas akseptor (92,1%) tidak mengalami efek
samping dari penggunaan kontrasepsi suntik. Probabilitas melangsungkan
penggunaan kontrasepsi suntik terus menurun selama 60 bulan pengamatan dari
0,82 pada tahun pertama penggunaan hingga 0,48 pada tahun kelima pengamatan
serta hanya 1,4% akseptor yang dapat melangsungkan penggunaan kontrasepsi
suntik hingga interval penggunaan 48-60 bulan sehingga efektifitas kontrasepsi
suntik rendah untuk untuk digunakan dalam jangka panjang.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada kelangsungan penggunaan kontrasepsi suntik berdasarkan paritas
(p-value 0,019) dan efek samping (p-value 0,000) serta tidak ada perbedaan yang
signifikan pada kelangsungan penggunaan kontrasepsi suntik berdasarkan
pendidikan yang pernah ditempuh, pekerjaan, wilayah tempat tinggal, tingkat
ekonomi, informasi mengenai KB, dukungan pasangan, dan mendiskusikan KB
dengan pasangan. Hasil analisis multivariat menunjukkan hasil bahwa paritas,
efek samping, dan wilayah tempat tinggal saling mempengaruhi kelangsungan
penggunaan kontrasepsi suntik pada wanita menikah muda usia 15-19 tahun di
Indonesia.
Kementerian dan lembaga kesehatan perlu mengoptimalkan pelayanan
keluarga berencana dengan menguatkan informasi keluarga berencana secara
berkelanjutan untuk kelompok muda yang berkaitan dengan penggunaan
kontrasepsi suntik utamanya informasi mengenai efek samping yang ditimbulkan.
Kementerian Kesehatan, BKKBN, dan DP3AKB perlu meningkatkan pelayanan
KB melalui perencanaan kebutuhan kontrasepsi sesuai target pengguna dan
sensitif gender, kegiatan konseling sejak pemilihan kontrasepsi hingga follow up
selama pemakaian, serta distribusi kontrasepsi baik untuk fasilitas pelayanan statis
maupun mobile.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]