Analisa Data Gravitasi di Daerah Panas Bumi Blawan Ijen Menggunakan Metode Second Vertical Derivative (Svd) Untuk Identifikasi Patahan
Abstract
Potensi panas bumi di Indonesia tidak lain dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada pada lempeng-lempeng aktif dunia yang saling bergerak satu sama lain hingga memunculkan barisan-barisan pegunungan. Melalui pegunungan yang ada, potensi panas bumi di Indonesia diduga sekitar 28,5 GW dan 265 lokasi Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP). Salah satu WKP yang ada adalah daerah Panas Bumi Ijen yang memiliki potensi sebesar mencapai 185 MWe. Besarnya potensi yang ada tersebut akan sangat tepat guna apabila terus-menerus dilakukan kajian berupa eksplorasi, salah satunya yaitu melalui metode gaya berat atau gravitasi.
Penelitian ini menganalisa patahan melalui metode gravitasi untuk memberikan gambaran bawah permukaan bumi berdasarkan nilai perbedaan densitas batuan. Analisa patahan dilakukan dengan cara menerapkan filter SVD yang diuji terlebih dahulu menggunakan data sintetis kemudian diterapkan pada data lapangan untuk memudahkan interpretasi. Data sintetis dibuat melalui software Grav3D dengan memodelkan bentuk patahan dengan menerapkan anomali densitas. Data sintetis diproses dengan filter SVD hingga akhirnya menghasilkan grafik yang menunjukkan dugaan patahan. Filter SVD juga digunakan untuk menganalisis data lapangan GGMPlus sehingga menghasilkan grafik yang sama dengan data sintetis.
Grafik menunjukkan hubungan antara nilai SVD dan jarak mendatar pada daerah yang diduga terdapat patahan. Hasil grafik pada daerah yang tidak memiliki kontras menghasilkan grafik mendatar, sedangkan daerah yang memiliki kontras densitas sebagai dugaan adanya patahan menghasilkan grafik naik turun. Rendahnya nilai SVD ini merepresentasikan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang patah dan menjadi jalan keluarnya manifestasi dari panas bumi. Panas bumi pada kedalaman tertentu yang memiliki suhu dan tekanan tinggi akan menuju ke permukaan dengan mengintrusi batuan-batuan di atasnya sehingga menjadi patah. Batuan yang memiliki densitas rendah akan mudah dipatahkan oleh fluida panas bumi yang terus-menerus menerobos.