Pola Pikir Kebebasan yang Tercermin dalam Tuturan para Tokoh pada Komik Attack on Titan: Kajian Psikolinguistik
Abstract
Manga Attack on Titan merupakan manga yang cukup terkenal di seluruh
dunia. Manga ini memenangkan penghargaan Kodansha pada tahun 2011. Manga
Attack on Titan diterbitkan secara resmi di Indonesia melalui penerbit Level
Comics yang merupakan bagian dari PT Elex Media Komputindo.
Penelitian ini menganalisis tuturan yang menunjukkan pola pikir
kebebasan tokoh-tokoh kubu Yeagerist dan Aliansi dalam komik Attack on Titan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk kebebasan yang
tercermin dalam tuturan tokoh-tokoh kubu Yeagerist dan Aliansi pada komik
Attack on Titan yang didasari oleh tiga konsep kebebasan yaitu, determinasi,
determinasi diri (self-determination), dan indeterminasi atau kehendak bebas (free
will). Fokus penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk tuturan tokoh-tokoh kubu
Yeagerist pada komik Attack on Titan mengenai kebebasan berdasarkan tiga
konsep kebebasan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Data penelitian ini berupa
tuturan dari tokoh-tokoh kubu Yeagerist dan Aliansi dan konteks gambar dalam
komik Attack on Titan dari volume 24 sampai volume 33. Metode dan teknik yang
digunakan dalam penyediaan data adalah metode simak dengan teknik lanjutan
simak bebas libat cakap (SLBC), teknik potret, dan teknik catat. Metode dan
teknik analisis data yang digunakan yaitu metode analisis isi. Metode penyajian
hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penyajian
informal berupa kata-kata biasa.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan tiga konsep kebebasan pada
kubu Yeagerist dan Aliansi sebagai berikut: (a) Determinasi kubu Yeagerist,
Tuturan: Dunia akan berkata bahwa hak asasi manusia tidak berlaku untuk Eldia.
(b) Determinasi kubu Aliansi, Tuturan: Kalau tidak menang, kita akan mati.
Kalau menang, kita akan hidup. (c) Determinasi diri (self determination) kubu
Yeagerist, Tuturan: Daripada kebebasanku direbut orang lain, lebih baik kurebut
kebebasan mereka. (d) Determinasi diri (self determination) kubu Aliansi,
Tuturan: Aku masih komandan ke-14 pasukan penyelidik. Aku mempersembahkan
jantungku demi kebebasan umat manusia. (e) Kehendak bebas (free will) kubu
Yeagerist, Tuturan: Aku bebas. Apapun yang kulakukan, apapun yang kupilih, aku
memilihnya atas kehendak bebasku. (f) Kehendak bebas (free will) kubu Aliansi,
Tuturan: Kami telah menyimpang dari jalan damai, tapi tak ada jalan lain.
Berdasarkan tiga konsep kebebasan, tokoh-tokoh dalam kubu Yeagerist
dan Aliansi memiliki perbedaan. Determinasi pada kubu Yeagerist merujuk pada
kebebasan kaum Eldia yang terbatas karena sejarah kelam masa lalu leluhur
mereka sedangkan determinasi pada kubu Aliansi berkaitan dengan perjuangan
mereka untuk meraih kebebasan. Determinasi diri (self determination) tokohtokoh pada kubu Yeagerist merujuk pada keinginan membuat sejarah baru yang
lebih baik, dan determinasi diri (self determination) tokoh-tokoh kubu Aliansi
merujuk pada keinginan menghentikan pembantaian terhadap orang-orang yang
tidak bersalah. Kehendak bebas (free will) pada kubu Yeagerist merujuk pada
keinginan melakukan apapun dan bisa bebas memilih tindakan yang dianggap
benar atau salah sesuai dengan kehendak diri sendiri, kehendak bebas (free will)
pada kubu Aliansi merujuk pada kebebasan untuk memilih tindakan untuk tujuan
menyelamatkan umat manusia.
Tidak semua tuturan menyebutkan kata ‘bebas’ secara langsung. Beberapa
tuturan memiliki makna tersirat yang dapat diketahui konteksnya melalui gambar
ekspresi tokoh yang sedang berbicara. Ketika sedang menunjukkan konsep
kebebasan determinasi, para tokoh cenderung menunjukkan ekspresi sedih,
berbicara dengan menundukkan kepala, dan tidak menatap lawan bicara.
Kemudian, untuk konsep kebebasan determinasi diri (self-determination) para
tokoh menunjukkan gestur yang kuat, seperti mengepalkan telapak tangan, berdiri
di hadapan banyak orang, dan berteriak. Terakhir, pada konsep kehendak bebas
(free will), para tokoh menunjukkan gestur memejamkan mata atau menghela
napas dalam menentukan pilihan ketika berbicara, dengan demikian, konsep
kebebasan pikiran dan bahasa saling terhubung.