Identifikasi Patahan Wongsorejo Banyuwangi Menggunakan Data Gravitasi Citra Satelit
Abstract
Skripsi ini berkaitan dengan identifikasi patahan menggunakan data
gravitasi citra satelit. Patahan merupakan suatu fenomena bergesernya batuan
yang patah dari keadaan semula. Adanya patahan di suatu wilayah dapat
berpotensi terjadinya bencana alam gempa bumi. Gempa bumi tektonik yang
terjadi akibat adanya patahan aktif dapat berdampak lebih parah jika dibandingkan
dengan gempa yang bersumber di lautan yang terjadi pada magnitude yang sama.
Dari data hasil pemutakhiran peta gempa 2017 yang dilakukan oleh Pusat Gempa
Nasional (PUSGEN), dapat diketahui bahwa wilayah jawa timur memiliki
beberapa titik patahan aktif yaitu patahan cepu, patahan blumbang, patahan waru,
patahan Surabaya, patahan pasuruan, patahan probolinggo, dan patahan
wongsorejo. Wilayah wongsorejo memiliki keindahan alam yang dapat menarik
wisatawan lokal maupun internasional. Mengingat bahwa wilayah ini memiliki
potensi dengan keindahan alamnya serta banyaknya penduduk yang tinggal di
wilayah ini tentunya identifikasi lebih lanjut mengenai adanya patahan aktif di
wilayah Wongsorejo sangat perlu dilakukan karena dengan adanya patahan aktif
berarti wilayah ini sangat berpotensi terjadi bencana alam seperti gempa bumi
yang dapat menimbulkan adanya korban jiwa, kerugian materi dan juga
kerusakan alam. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui struktur patahan di
Wilayah Wongsorejo Banyuwangi. (2) mengetahui struktur lapisan bawah
permukaan wilayah Wongsorejo Banyuwangi.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
data sekunder yang didapatkan melalui citra satelit TOPEX. Metode yang
digunakan pada penelitian ini yaitu metode gravitasi dengan menggunakan citra
satelit. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu berupa perangkat keras dan
perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data. Perangkat keras yang
digunakan yaitu berupa Laptop Hp 4 GB. Adapun perangkat lunak yang
digunakan pada penelitian ini yaitu Global Mapper 14, Surfer 13, Microsoft Excel
2010, Geosoft Oasis Montaj, dan ZondGM2D. Untuk mengidentifikasi patahan
pada penelitian ini dilakukan metode lanjutan berupa metode Second Vertical
Derivative (SVD). Adapun untuk mengetahui struktur lapisan bawah permukaan
dilakukan inversi pemodelan 2D pada peta regional untuk mendapatkan gambaran
kontras densitas pada daerah penelitian.
Berdasarkan hasil analisis metode Second Vertical Derivative (SVD) yang
telah dilakukan pada 4 lintasan menunjukan bahwa nilai SVD maksimum lebih
besar dari pada nilai SVD minimum. Pada lintasan 1 nilai SVD maksimum
0.000021931 dan nilai SVD minimum 0.00000416. Pada lintasan 2 nilai SVD
maksimum 0.000035294 dan nilai SVD minimum 0.000003786. Pada lintasan 3
nilai SVD maksimum 0.000031254 dan nilai SVD minimum 0.00000361. Pada
lintasan 4 nilai SVD maksimum 0.000035685 dan nilai SVD minimum
0.000005349. Adapun hasil dari perhitungan kontras densitas yang didapatkan
dari hasil pemodelan inversi 2D dengan nilai densitas rata – rata pada anomali
tinggi, sedang, dan rendah berturut – turut sebesar 2.92 – 3.02 gr/cm3
, 2.72 – 2.87
gr/cm3
, dan 2.67 – 2.77 gr/cm3
. Berdasarkan hasil di atas, maka kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah : (1) Jenis patahan yang terdapat pada
daerah Wongsorejo merupakan patahan normal. (2) Struktur lapisan bawah
permukaan yang menyusun daerah Wongsorejo yaitu batuan beku pada
kedalaman 1.7 km.