Karakteristik Bioplastik Berbasis Pati Jagung Termodifikasi dan Antosianin dari Ekstrak Limbah Kulit Buah Naga sebagai Smart Food Packaging
Abstract
Saat ini plastik merupakan material yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari karena praktis dan mudah didapatkan, terutama pada kemasan barang
dan makanan. Plastik pengemas sekali pakai ini menjadi masalah bagi bumi,
menurut BBC News pada tanggal 20 juli 2017, sampah plastik yang telah
diproduksi di Indonesia dari tahun 1950 hingga 2017 mencapai angka 8,3 miliar
ton. Menanggapi masalah tersebut, berbagai upaya telah dilakukan dengan
menciptakan terobosan baru untuk menghasilkan teknologi yang ramah
lingkungan. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengembangan
teknologi di bidang material, khususnya material komposit. Salah satu contoh hasil
dari bidang material komposit terciptalah bioplastik, atau plastik ramah lingkungan
yang mudah terurai. Pada kemasan bioplastik yang akan diciptakan ditambahkan
zat antosianin yang berasal dari limbah kulit buah naga, hal ini bertujuan agar
bioplastik yang diciptakan dapat menghambat pertumbuhan bakteri, oleh karena itu
bioplastik yang diciptakan dapat digolongkan sebagai smart food packaging.
Dilakukan karakteristik pada Bioplastik yang telah diciptakan meliputi uji tarik,
modulus elastisitas, zona hambat bakteri, degradable, dan daya serap air.
Pembuatan bioplastik pada penelitian ini diawali dengan melakukan maserasi
limbah kulit buah naga dengan asam sitrat 10% untuk mengambil senyawa
antosianin yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya pati jagung 4% dari bobot
volume total yang digunakan, gliserol sebanyak 10% kadar total pati jagung yang
digunakan, karagen 4% dari total pati jagung yang digunakan, ketiga bahan tersebut
diaduk menggunakan hot plate magnetc stirer dengan suhu 85 derajat dengan
kecepatan 300 rpm dan waktu pengadukan selama 30 menit. Setelah selesai adonan
didiamkan hingga suhu 45 derajat setelah itu ditambahkan ekstrak antosianin hasil
maserasi dari limbah kulit buah naga. Dibuat 5 jenis sampel dengan kandungan
ekstrak antosianin yang berbeda yaitu 0%, 1%, 2%, 3%, dan 4%. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan karakteristik yang diciptakan. Lalu sampel
dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 50 derajat selama 24 jam .
Pengujian dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing
sampel, pengujian pertama dilakukan uji kekuatan tarik sekaligus modulus
elastisitas, dari uji yang dilakukan didapatkan hasil bahwa semakin tinggi
kandungan antosianin yang diberikan akan meningkatkan kekuatan tarik yang dihasilkan, pada sampel 0% didapat nilai kekuatan tarik sebesar (0,6 – 1,7)MPa,
pada sampel 1% didapatkan nilai kekuatan tarik sebesar (2 – 3)MPa, pada sampel
2% didapat nilai kekuatan tarik sebesar (3 – 3,9)MPa. Sampel 3% didapat nilai kuat
tarik sebesar (3 – 4,3)MPa. Sampel 4% didapat nilai kekuatan tarik sebesar(4,5 –
4,8 )MPa. Begitu juga dengan modulus elastisitas yang dilakukan berbanding lurus
dengan kekuatan tarik, semakin besar konsentrasi antosianin pada sampel maka
modulus elastisitas yang didapatkan semakin besar. Dari data yang diperoleh
modulus elastisitas mengalami kenaikan , hasil yang diperoleh berkisar 3,36 N/mm2
sampai 14,13 N/mm2.
Selanjutnya dilakukan uji zona hambat bakteri untuk mengetahui kemampuan
antosianin dalam menghambat bakteri, bakteri yang digunakan pada penelitian ini
adalah E. coli. Dari data hasil pengujian didapatkan bahwa pada sampel bioplastik
dengan konsentrasi antosianin 0% yaitu sebesar 0 mm yang artinya tidak dapat
menghambat bakteri, sampel dengan konsentrasi antosianin 1% mampu
menghambat laju pertumbuhan bakteri E. coli sebesar (0 – 0,58) mm, sampel
dengan konsentrasi antosianin 2% mampu menghambat laju pertumbuhan bakteri
E. coli sebesar (0 – 1,31) mm, sampel dengan konsentrasi antosianin 3% mampu
menghambat laju pertumbuhan bakteri E. coli sebesar (6 – 2,73) mm, sampel,
dengan konsentrasi antosianin 4% mampu menghambat laju pertumbuhan bakteri
E. coli sebesar (3,08 – 3,95) mm, semakin banyak konsentrasi yang diberikan maka
semakin baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.
Pengujian degradable dilakukan untuk mengetahui apakah bioplastik mampu
terurai dengan baik sehingga tidak menimbulkan masalah lingkungan yang baru,
dari hasil pengujian semakin tinggi antosianin yang diberikan maka semakin lama
bioplastik terurai, hal ini dikarenakan semakin banyak konsentrasi dalam suatu
sampel maka semakin panjang rantai molekul yang terbentuk, dan semakin lama
mikroorganisme yang ada di tanah untuk mengurainya. Selanjutnya dilakukan
pengujian daya serap air untuk mengetahui kemampuan bioplastik dalam mengikat
air. Dari percobaan yang telah dilakukan didapat hasil bahwa semakin tinggi
kandungan konsentrasi antosianin maka semakin baik dalam mengikat air, hal ini
dikarenakan antosianin merupakan senyawa polar yang memiliki kutub positif dan
negatif sehingga dapat mengikat molekul air dengan baik. Dari beberapa uji
karakteristik yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel dengan
konsentrasi zat antosianin sebanyak 4% merupakan sampel yang paling bagus
untuk dikembangkan menjadi smart food packaging