Gambaran Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Anak Pasca Bencana Erupsi Gunung Semeru di Lumajang
Abstract
Bencana merupakan kejadian yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor alam, faktor non alam, atau faktor manusia yang dapat mengancam kehidupan masyarakat dan menimbulkan korban jiwa manusia, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan serta masalah psikologis pada masyarakat. Salah satu masalah psikologis yang disebabkan oleh bencana yaitu Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Anak merupakan makhluk yang sangat rentan dan masih bergantung pada orang lain sehingga anak rentan mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dikarenakan anak belum memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi serta menyelesaikan masalah secara adaptif.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada anak pasca bencana erupsi Gunung Semeru di Lumajang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif statistik. Deskriptif statistik bertujuan untuk menganalisis atau menggambarkan data dalam bentuk tabel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik nonprobability sampling dengan pendekatan purposive sampling sebanyak 108 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Impact of Event-Revised (IES-R) yang terdiri dari 8 pertanyaan tentang intrusion (gejala hidup kembali), 8 pertanyaan tentang avoidance (gejala penghindaran), dan 6 pertanyaan tentang hyperarousal.
Hasil penelitian yang didapat jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yaitu sebanyak 60 anak (55,6%). Usia terbanyak pada penelitian ini yaitu usia 10 tahun sebanyak 28 anak (25,9%). Sebagian besar lama tinggal di rumah hunian sementara untuk korban bencana erupsi gunung semeru di Lumajang atau huntara yaitu lebih dari 3 bulan sebanyak 90 anak (83,3%). Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada anak pasca bencana erupsi gunung semeru yaitu kategori ringan sebanyak 14 anak, kategori sedang sebanyak 14 anak, dan kategori berat sebanyak 80 anak.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada anak pasca bencana erupsi gunung semeru di Lumajang berada dalam kategori berat dengan presentase 74,1%, kategori sedang dengan presentase 13,0%, kategori ringan dengan presentase 13,0%. Deteksi dini Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dilakukan agar gejala tidak semakin berat dan segera mendapatkan penanganan sehingga proses perkembangan anak tidak terhambat. Peran perawat diperlukan untuk mengatasi gejala Post Traumatic Stress Disorder PTSD dengan memberikan asuhan keperawatan berupa intervensi keperawatan yaitu trauma healing. Trauma healing salah satunya dengan menggunakan metode play therapy, edukasi, dan konseling.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1531]