Dampak Pelatihan Membatik dalam Membentuk Jiwa Wirausaha Masyarakat Pesisir di Sekolah Perempuan Puger Kreatif Jember
Abstract
Masyarakat pesisir adalah sekelompok individu mendiami wilayah pesisir yang bergantung pada pemanfaatan sumber daya laut. Sehingga adanya pelatihan membatik yang diselenggarakan antara Sekolah Perempuan Puger Kreatif (SPPK) dan TPAKD (Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah) yang berkolaborasi dengan sejumlah stakeholder termasuk Otoritas Jasa Keuangan Jember (OJK) tahun 2019 dapat memberikan keterampilan untuk masyarakat pesisir utamanya dalam membentuk usaha. Perempuan-perempuan pesisir mendapatkan pendampingan setelah usai pelatihan hingga pendanaan dari OJK sebagai modal awal membentuk usaha batik. Seiring berjalannya waktu, usaha batik yang dijalankan sudah berkembang dengan mulai adanya pesanan batik dengan motif batik cap berupa ikan, perahu, dan tembakau. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimana dampak pelatihan membatik dalam membentuk jiwa wirausaha masyarakat pesisir di Sekolah Perempuan Puger Kreatif (SPPK) Jember?”.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Tempat penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik Purposive Area, yaitu di Sekolah Perempuan Puger Kreatif (SPPK) Jember. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Jumlah informan yang menjadi narasumber berjumlah 5 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Agar kepercayaan terhadap data menjadi tinggi digunakan beberapa teknik pengolahan data, yaitu perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, dan triangulasi menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis model Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian, berdasarkan pada capaian pembelajaran di SKKNI batik cap yang tercantum pada Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2018, bahwa pelatihan membatik dapat memberikan perubahan pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pada sub fokus pengetahuan, perempuan pesisir memiliki pengetahuan terkait membatik, yaitu cara melakukan cap (canting cap), pencantingan, pewarnaan dengan menggunakan kuas (pencoletan), dan pelepasan malam atau lilin dengan cara direbus (nglorod). Pada sub fokus sikap, perempuan pesisir memiliki perubahan sikap yang harus dimiliki dalam membatik, yaitu aktif dalam membuat batik, ulet, gigih dalam mengerjakan, disiplin terhadap waktu untuk membuat batik, dan teliti dalam mengaplikasikan bahan dan proses. Pada aspek keterampilan, perempuan-perempuan pesisir dapat melakukan tahapan-tahapan proses membatik, yaitu melakukan cap, pencantingan, pewarnaan, dan pelepasan malam atau lilin. Dari pelatihan membatik yang telah mewujudkan usaha batik bersama dapat terbentuk jiwa wirausaha perempuan-perempuan pesisir di SPPK. Jiwa wirausaha yang muncul pada perempuan-perempuan pesisir dalam wirausaha antara lain peningkatan pada rasa percaya diri dalam mengerjakan produk batik untuk hasil yang baik, berorientasi pada tugas dan hasil yang dibuktikan melalui keikutsertaan pada kompetisi batik, dan dapat mengambil risiko dengan lebih banyak waktu yang diluangkan untuk membatik dan promosi produk, pembelian barang yang baru dan mengulang proses pembuatan batik, serta harus memiliki rasa sabar dan ketelatenan yang tinggi.
Dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa, pelatihan membatik dapat membentuk jiwa wirausaha perempuan pesisir di SPPK, yaitu rasa percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, serta pengambilan risiko. Adapun saran semoga skripsi ini dapat dijadikan motivasi untuk warga belajar dalam melakukan inovasi terkait usahanya, bagi lembaga diharapkan dapat menyelenggarakan pelatihan membatik untuk lebih meningkatkan kemampuan, serta peneliti selanjutnya semoga dapat melakukan penelitian dengan fokus jiwa wirausaha lainnya, yaitu kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan.