Peranan Sri Suitan Hamengku' Buwono IX dalam Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan R .I (1945-1949)
Abstract
Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang
Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senapati Ingalaga Ngabdurrakhman
Sayidin Panatagama Kalifatullah Kaping Sanga adalah pemimpin yang
berwawasan luas, modem dan memiliki sikap demokratis. Kenyataan tersebut
tampak ketika Soekarno Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada tanggal
17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX melalui amanat 5 September
1945 secara tegas menyatakan bahwa kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat adalah
bagian dari wilayah RI. Perkembangan selanjutnya Sri Sultan Hamengku Buwono
IX masuk dalam jajaran struktur pemerintahan RI dan berperan aktif bersama
pemimpin RI dan rakyat Indonesia dalam mempertahankan proklamasi
kemerdekaan RI. Berkat perjuangan yang gigih dan kematangan strategi serta
taktik baik dalam diplomasi maupun di medan perang, akhirnya tanggal 27
Desember 1949 Belanda mengakui dan menyerahkan kedaulatan RI, oleh karena
itu kepemimpinan dan kewibawaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak hanya
dirasakan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, namun lebih luas lagi
dirasakan seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan uraian di atas penulis merasa
tertarik untuk meneliti peranan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam
mempertahankan proklamasi kemerdekaan R.I (1945-1949).
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan permasalahannya adalah
bagaimana peranan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam mempertahankan
proklamasi kemerdekaan R.I (1945-1949) ?.
Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui dan memahami peranan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dalam mempertahankan proklamasi kemerdekaan RI
(1945-1949).
Manfaat penelitian ini adalah : (1) bagi penulis, sebagai salah satu media
untuk menumbuhkan daya pikir kritis, analitis dan objektif terhadap fenomena
kesejarahan, serta sebagai sarana latihan untuk menyusun sebuah karya tulis
sejarah, (2) bagi mahasiswa calon guru sejarah dapat menambah pengetahuan
serta membuka wawasan lebih luas khususnya tentang peranan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX, (3) bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini
merupakan sumbangan perbendaharaan kepustakaan khususnya tentang peranan
Sri Sultan Hamengku Buwono IX, (4) bagi almamater merupakan realisasi dari
Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya Dharma penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan langkah langkah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Metode pengumpulan datanya adalah metode dokumenter. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan mulai bulan Pebruari 2001 sampai Maret 2002. Tempat penelitian yang
digunakan adalah perpustakaan, yaitu UPT Perpustakaan Universitas Jember,
Perpustakaan FKIP Universitas Jember dan referensi laboratorium Program Studi
Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Jember. Metode analisis data menggunakan
metode filosofik dengan teknik logika induktif dan logika komparatif.
Kesimpulan dari penelitian ini, peranan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
dalam mempertahankan proklamasi kemerdekaan RI (1945-1949) sangat besar
sekali. Hal ini tampak jelas pada beberapa tindakannya sebagai berikut: (1) Pada
saat awal proklamasi kemerdekaan : (a) Sri Sultan Hamengku Buwono IX
mengintegrasikan kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat ke dalam wilayah
Republik Indonesia, (b) berkat keijasama yang baik, Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dengan para pemimpin lainnya, staf (bawahan) dan rakyatnya,
berhasil merebut kekuasaan instansi pemerintah maupun swasta yang ada di
wilayah Yogyakarta, dan juga berhasil melucuti atau merampas senjata dari
tangan tentara Jepang, (c) ketika ibukota Republik Indonesia di Jakarta tidak aman
Presiden dan Wakil Presiden beserta para pejabat pemerintah Republik Indonesia
terancam keselamatannya, Sri Sultan Hamengku Buwono DC mengundang
pemerintah pusat Republik Indonesia supaya ibukota dipindahkan ke Yogyakarta.
(2) Pada saat Agresi Militer Belanda I dan II : (a) Sri Sultan Hamengku Buwono
IX sebagai raja dan Menteri Negara Koordinator Keamanan, berhasil menjaga
keamanan ibukota Republik Indonesia (Yogyakarta) dari gangguan dan ancaman
Belanda, (b) berhasil mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan juga berhasil melindungi keselamatan Presiden dan Wakil Presiden
serta para pejabat pemerintah Republik Indonesia dari kekerasan, gangguan dan
ancaman Belanda. (3) Pada saat serangan umum 1 Maret 1949 : (a) Sri Sultan
Hamengku Buwono IX mampu menggugah dan meningkatkan kembali semangat
peijuangan rakyat yang sedang mengalami penurunan dengan memunculkan
strategi dan taktik serangan umum 1 Maret 1949, (b) melalui serangan umum 1
Maret 1949, tentara dan rakyat Indonesia berhasil mengusir Belanda dari bumi
pertiwi Indonesia (Yogyakarta) dan dunia Internasional mengakui akan
keberadaan dan kekuatan pertahanan Republik Indonesia. (4) Pengaruh tindakan
Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah pada tanggal 27 Desember 1949
Belanda mengakui dan menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia kepada RIS
melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka disampaikan saran-saran sebagai
berikut : (1) bagi mahasiswa pendidikan sejarah (calon guru), hendaknya lebih
giat belajar dan memahami materi sejarah sebagai bekal untuk menjadi guru yang
profesional, (2) bagi peneliti sejarah hendaknya lebih cermat sehingga dapat
menghasilkan penelitian yang objektif, (3) bagi almamater hendaknya selalu
berusaha meningkatkan mutu pendidikan dan menambah jumlah referensi yang
memadai, sehingga mampu menunjang prestasi mahasiswa dalam belajar maupun
penelitian.