Dinamika Seni Gandrung di Kabupaten Banyuwangi Tahun 1980 - 2013
Abstract
Banyuwangi, sebuah kabupaten yang terletak di ujung pulau Jawa, memiliki luas
5.782,50 km2
yang juga menjadi kabupaten terluas di Jawa Timur juga di pulau Jawa.
Wilayah Banyuwangi merupakan wilayah penghubung antara pulau Jawa dengan Bali.
Penduduk Banyuwangi sebagian besar suku Jawa dan Madura terdapat pula suku Bali
dan warga negara Indonesia keturunan Cina sebagai penduduk minoritas. Suku Jawa di
Banyuwangi terdiri dari suku Jawa dan Masyarakat Using yang merupakan keturunan
dari Kerajaan Blambangan masa Majapahit. Banyuwangi sebagai wilayah lintas budaya
antar pulau Jawa dengan pulau Bali, memiliki sejuta tradisi yang menjadi kekayaan
kulturalnya. Salah satunya Seni Gandrung sebagai salah satu entitas budaya Using
dalam bentuk seni tari yang merefleksikan akulturasi budaya Bali dan Jawa serta kultur
masyarakatnya.
Kesenian Gandrung merupakan salah satu lambang dan bukti dari sisa
perkembangan seni budaya dari kehidupan keraton Blambangan.Tari ini kemudian
tumbuh dan berkembang menjadi tarian yang popular serta menjadi identitas tersendiri
bagi suku Using serta Kabupaten Banyuwangi. Alasan dipilihanya penari pria
berpakaian wanita tidak terlepas dari pemberbandingan evolusi yang terjadi pada
kesenian-kesenian Damarwulan, Ketoprak, Ludruk dan kesenian-kesenian lainnya.
Kemudian dalam perkembangannya ditarikan oleh penari perempuan. Pergantian penari
Gandrung yangawalnya laki-laki menjadi perempuan dimulai sejak awal abad XX,
dimana Marsan menjadi laki-laki terakhir yang menarikan Gandrung dan Semi adalah
sosok penari Gandrung perempuan yang juga mulai mengembangkan Gandrung
menjadi lebih fleksibel dan dterima oleh semua kalangan.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana dinamika
gending-gending SeniGandrung Banyuwangi tahun 1980 - 2013; (2) bagaimana
perkembangan perlengkapan (tata busana & musik) Seni Gandrung dari Tahun 1980 -2013. Tujuan dari penelitian ini adalah:(1) mengkaji dinamika gending-gending
Gandrung Banyuwangi tahun 1980 - 2013;(2) mengkaji perkembangan perlengkapan
(tata busana & musik) Seni Gandrung dari tahun 1980 - 2013.
Hasil dari penelitian ini adalah adanya perubahan –perubahan seni gandrung dari
gending – gending seni Gandrung dan perkembangan perlengkapan
(tatabusanadanmusik ) Seni gandrung dari tahun 1980 - 2013.
Simpulan dari penelitian ini adalah: (1) Dinamika perkembangan gendhing gendhing Gandrung terjadi mulai dari awal munculnya hingga saat ini. Peru bahan
mulai terjadi dari Gandrung Marsan kegandrung wadon gendhing-gendhing sudah
dipengaruhi oleh budaya dari daerah lain seperti Jawa, Bali dan Madura. (2)
Perkembangan Tata busana dan musik pada gandrung terjadi dari masa kemasa. Tata
busana gandrung terlihat signifikan pada masaMarsan yang hanya menggunakan sarung
berwarna hitam putih serta kaos kaki putih, sedangkan pada gandrung wadon hingga
saat ini busana yang digunakan lebih mencolok .
Saran untuk penelitian ini adalah: (1) Saran bagi pemerintah Gandrung
merupakan potensi seni budaya yang sangat layak untuk dikembangkan di Kabupaten
Banyuwangi.; (2) bagi Seniman Gandrung sebagai potensi wisata, budaya dan sejarah
yang patut untuk terus di lestarikan. Saran bagi seniman gadrung selalu menjaga dan
menurunkan seni gandrung pada generasi muda sehingga gandrung tidak mati
ditelanjaman. Usaha tersebut sangat dibutuhkan sehingga gandrung selaluhidup; (3)
diharapkan penelitian selanjunya Gandrung merupakan topic bahasan yang menarik
untuk dikaji, baik dari sisi historis maupun perkembangannya pada era saat ini, namun
selain hal tersebut masih banyak berbagaiaspek yang dapat dikembangkan bagi para
peneliti selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut diharapkan dengan karya ilmiah yang
dilakukan oleh peneliti dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti selanjutnya