Show simple item record

dc.contributor.authorDandik Widayat
dc.date.accessioned2013-12-20T09:01:35Z
dc.date.available2013-12-20T09:01:35Z
dc.date.issued2013-12-20
dc.identifier.nimNIM082110101104
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/11502
dc.description.abstractPembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya dari pembangunan nasional yang diselenggarakan di semua bidang kehidupan termasuk di bidang pangan. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan yang cukup dan bermutu, mencegah masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan dan yang bertentangan dengan keyakinan masyarakat, memantapkan kelembagaan pangan dengan diterapkannya peraturan dan perundang-undangan yang mengatur mutu gizi dan keamanan pangan baik oleh industri pangan maupun masyarakat konsumen. Pengelolaan makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan produk makanan yang disukai dan berkualitas baik salah satunya dengan menambahkan bahan pengawet pada beberapa produk makanan. Konsentrasi bahan pengawet yang diizinkan oleh peraturan bahan pangan sifatnya adalah penghambatan dan bukannya mematikan organisme-organisme pencemar, oleh karena itu para produsen makanan menggunakan bahan pengawet yang harganya murah tetapi bekerja efektif salah satunya boraks. Boraks adalah senyawa kimia turunan dari logam berat boron (B) dan biasa digunakan sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu, dan antiseptik pada kosmetik. Berdasarkan data yang dihimpun oleh BPOM pada tahun 2005 bahwa bahan makanan yang menduduki peringkat teratas mengandung formalin dan boraks adalah ikan laut, mie basah, tahu dan bakso. Penelitian terhadap bakso dikota Medan dari 10 sampel bakso menunjukkan bahwa 80% dari sampel yang diperiksa ternyata mengandung boraks (delapan sampel dari sepuluh sampel) dan kadar boraks yang di dapat dalam bakso antara 0,08% - 0,29% (Panjaitan, 2009). Dari hal tersebut, apakah ada kandungan boraks pada bakso yang dijual di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Tahun 2010. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif sedangkan menurut waktu tergolong dalam penelitian cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil sampling pada warung bakso yang tersebar di Kecamatan Sumbersari dan menguji secara fisik dan uji di laboratorium untuk mengetahui kandungan boraks pada sampel bakso tersebut serta melakukan observasi pada proses pembuatan bakso untuk membuktikan bahwa sampel bakso yang diteliti benar-benar tidak mengandung boraks. Data diperoleh dari 35 warung bakso yang tersebar di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Berdasarkan uji laboratorium diketahui bahwa dari sampel bakso yang diambil dari 35 warung bakso yang tersebar di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember tidak satupun mengandung boraks. Proses pembuatan bakso terdapat 4 proses yaitu pelumatan daging, pembuatan adonan, pembentukan bola bakso serta perebusan dan pengemasan Saran yang dapat diberikan adalah para pedagang bakso di Kecamatan Sumbersari diharapkan untuk tetap tidak menggunkan boraks untuk mengawetkan baksonya dan beberapa warung yang masih belum menerapkan prinsip penyajian dengan benar diharapkan menyempurnakan kekurangannya sehingga dapat memberikan jaminan keamanan pangan terhadap makanan (bakso) yang dijual.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082110101104;
dc.subjectmeatballs, borax, harmful preservativesen_US
dc.titleUJI KANDUNGAN BORAKS PADA BAKSOen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record