UJI KANDUNGAN BORAKS PADA BAKSO
Abstract
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya dari pembangunan
nasional yang diselenggarakan di semua bidang kehidupan termasuk di bidang
pangan. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan
yang cukup dan bermutu, mencegah masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya
bagi kesehatan dan yang bertentangan dengan keyakinan masyarakat, memantapkan
kelembagaan pangan dengan diterapkannya peraturan dan perundang-undangan yang
mengatur mutu gizi dan keamanan pangan baik oleh industri pangan maupun
masyarakat konsumen. Pengelolaan makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan
produk makanan yang disukai dan berkualitas baik salah satunya dengan
menambahkan bahan pengawet pada beberapa produk makanan. Konsentrasi bahan
pengawet yang diizinkan oleh peraturan bahan pangan sifatnya adalah penghambatan
dan bukannya mematikan organisme-organisme pencemar, oleh karena itu para
produsen makanan menggunakan bahan pengawet yang harganya murah tetapi
bekerja efektif salah satunya boraks. Boraks adalah senyawa kimia turunan dari
logam berat boron (B) dan biasa digunakan sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu,
dan antiseptik pada kosmetik. Berdasarkan data yang dihimpun oleh BPOM pada
tahun 2005 bahwa bahan makanan yang menduduki peringkat teratas mengandung
formalin dan boraks adalah ikan laut, mie basah, tahu dan bakso. Penelitian terhadap
bakso dikota Medan dari 10 sampel bakso menunjukkan bahwa 80% dari sampel
yang diperiksa ternyata mengandung boraks (delapan sampel dari sepuluh sampel)
dan kadar boraks yang di dapat dalam bakso antara 0,08% - 0,29% (Panjaitan, 2009). Dari hal tersebut, apakah ada kandungan boraks pada bakso yang dijual di Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember Tahun 2010.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif sedangkan menurut waktu
tergolong dalam penelitian cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan
mengambil sampling pada warung bakso yang tersebar di Kecamatan Sumbersari dan
menguji secara fisik dan uji di laboratorium untuk mengetahui kandungan boraks
pada sampel bakso tersebut serta melakukan observasi pada proses pembuatan bakso
untuk membuktikan bahwa sampel bakso yang diteliti benar-benar tidak mengandung
boraks. Data diperoleh dari 35 warung bakso yang tersebar di Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember.
Berdasarkan uji laboratorium diketahui bahwa dari sampel bakso yang
diambil dari 35 warung bakso yang tersebar di Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember tidak satupun mengandung boraks. Proses pembuatan bakso terdapat 4 proses
yaitu pelumatan daging, pembuatan adonan, pembentukan bola bakso serta perebusan
dan pengemasan
Saran yang dapat diberikan adalah para pedagang bakso di Kecamatan
Sumbersari diharapkan untuk tetap tidak menggunkan boraks untuk mengawetkan
baksonya dan beberapa warung yang masih belum menerapkan prinsip penyajian
dengan benar diharapkan menyempurnakan kekurangannya sehingga dapat
memberikan jaminan keamanan pangan terhadap makanan (bakso) yang dijual.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]