Penentuan Skala Prioritas pada Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum di Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi
Abstract
Tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang tinggi tentunya dapat
berimplikasi terhadap akses perolehan air bersih. Tinggi Kebutuhan air bersih dan
cakupan pelayanan yang kurang merata di berbagai daerah Kabupaten
Banyuwangi menjadi dasar adanya perencanaan ini. Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) pedesaan yang kurang baik, dan tidak adanya jaringan perpipaan
PDAM di Kecamatan Kalibaru menjadi masalah utama dari penelitian ini.
Berdasarkan riset dan hasil survei, masyarakat Kecamatan Kalibaru lebih
berminat dengan adanya pengembangan HIPPAM dibandingkan perencanaan
PDAM. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Kalibaru saat ini menggunakan
sumur gali untuk memenuhi kebutuhan air bersih, meskipun kualitas air rentan
terkontaminasi karena kondisi sanitasi yang buruk. Perencanaan ini bertujuan
untuk merencanakan pengembangan HIPPAM di Kecamatan Kalibaru. Penelitian
ini secara khusus bertujuan untuk (1) Menentukan debit kebutuhan air dan
ketersediaan sumber air baku di Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi, (2)
Menentukan persentase keberminatan masyarakat di Kecamatan Kalibaru
Kabupaten Banyuwangi terhadap pelayanan PDAM dan HIPPAM, (3)
Menentukan prioritas wilayah perencanaan dalam SPAM di Kecamatan Kalibaru
Kabupaten Banyuwangi.
Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini, yakni mengenai (1)
SPAM, (2) kebutuhan air bersih, (3) pemilihan sumber air baku, (4) perhitungan
proyeksi, (5) analisis hierarki proses, dan teori lainnya. Analisis Hierarki Proses
(AHP) merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis AHP
digunakan untuk mendapatkan nilai prioritas pengembangan layanan HIPPAM
setiap desa dengan mempertimbangkan kriteria kebutuhan air, ketersediaan
sumber air baku, dan keberminatan masyarakat. Penelitian ini menggunakan data
sekunder dan data primer, data sekunder berupa jumlah penduduk, data spasial
wilayah, dan lokasi sumber air baku, sedangkan data primer yang digunakan
meliputi kebutuhan air, keberminatan dan kesanggupan membayar layanan
SPAM. Sasaran responden dalam penentuan skala prioritas dilakukan kepada 4
viii
(empat) orang, yang terdiri atas dosen teknik lingkungan, pemerintah daerah,
tenaga ahli, dan tokoh masyarakat. Kuesioner yang disebarakan berupa penilaian
antar alternatif wilayah. Hasil penyebaran kuesioner kemudian direkap dalam
bentuk matriks perbandingan guna dilakukan pembobotan menggunakan software
Rstudio. Hasil penilaian dari setiap responden dianggap valid apabila nilai rasio
konsistensinya di bawah 10%.
Hasil perhitungan nilai prioritas total setiap responden setelah
direkapitulasi didapatkan bahwa terdapat perbedaan pandangan pada alternatif
wilayah yang dipilih oleh beberapa responden. Responden 1 beranggapan bahwa
Desa Kalibaru Kulon menjadi prioritas utama dari prioritas wilayah
pengembangan SPAM, analisis dari hasil ini yaitu responden 1 memilih Desa
Kalibaru Kulon karena memiliki jumlah ketersediaan sumber air baku yang paling
banyak. Berbeda dengan pandangan responden 2 dan responden 4 memilih Desa
Kalibaru Wetan sebagai alternatif wilayah yang perlu diprioritaskan di antara
alternatif wilayah lainnya untuk pengembangan SPAM, analisis dari kedua
responden memilih Desa Kalibaru Wetan karena desa ini memiliki tingkat
kebutuhan air yang tinggi. Responden 3 lebih memilih Desa Kajarharjo untuk
menjadi prioritas utama dari prioritas wilayah pengembangan SPAM, analisis dari
responden 3 karena desa ini memiliki tingkat keberminatan yang tinggi. Hasil
rekapitulasi kriteria yang perlu diprioritaskan menurut pandangan setiap
responden secara berurutan yakni kebutuhan air, keberminatan masyarakat, dan
ketersediaan sumber air baku. Rangking prioritas wilayah desa pengembangan
SPAM secara berurutan, yakni Desa Kalibaru Wetan, Desa Kajarharjo, Desa
Kalibaru Kulon, Desa Banyuanyar, Desa Kebonrejo, dan Desa Kalibaru Manis.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4191]