dc.description.abstract | Standar Pelayanan Minimal (SPM) pelayanan gizi rumah sakit memiliki tiga standar, salah satunya persentase dari sisa makanan pasien (Yulia et al. 2021:153). Sisa makanan merupakan tolak ukur dalam mempertimbangkan kepuasan pasien terhadap kinerja penyelenggaraan makanan rumah sakit. Tingginya sisa makanan pasien dapat membawa dampak secara ekonomis yang mengakibatkan banyaknya biaya yang hilang dan anggaran makanan yang kurang tepat guna sehingga pengelolaan biaya makan tidak mencapai tujuan yang optimal. Sisa makanan pasien juga dapat membawa dampak terhadap kebutuhan zat gizi perseorangan pasien yang tidak tercukupi sehingga dapat menyebabkan malnutrisi di rumah sakit pada pasien (Sumardilah, 2022:102). Cita rasa makanan dan penampilan makanan merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya sisa makanan pasien rawat inap di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cita rasa makanan dan penampilan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD Blambangan Banyuwangi.
Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Blambangan Banyuwangi dengan populasi pasien di ruang rawat inap kelas I, II, serta III di ruangan penyakit dalam, penyakit kandungan, serta bedah kecelakaan yang mendapatkan bentuk makanan biasa. Sampel penelitian ini yaitu 86 responden, sampel dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji chi square.
RSUD Blambangan Banyuwangi merupakan rumah sakit terbesar dan tertua yang ada dikawasan Kabupaten Banyuwangi. RSUD Blambangan Banyuwangi merupakan rumah sakit umum pemerintah kelas B. Instalasi gizi di RSUD Blambangan Banyuwangi memiliki tenaga kerja sebanyak 22 orang yang terdiri dari 8 orang sebagai nutrisionis, 7 orang sebagai pemasak, dan 7 orang sebagai pramusaji. Siklus menu yang digunakan dalam penyelenggaraan makanan di RSUD Blambangan Banyuwangi adalah siklus menu 10 hari.
Hasil penelitian menunjukkan persentase sisa makanan tertinggi pada makanan sayur yaitu sebesar 68,34% pada menu lodeh terong dan kacang panjang yang tersajikan pada siklus menu ke 7 pada waktu makan malam. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara cita rasa makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap (makan pagi p=0,029, makan siang p=0,031, makan malam p=0,004). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pasien rawat inap yang menilai cita rasa makanan baik akan menyisakan makanan yang lebih sedikit dengan persentase terbesar 74,1%, sedangkan pasien rawat inap yang menilai cita rasa makanan kurang akan memberikan sisa makanan yang lebih banyak dengan persentase terbesar 63,9%. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penampilan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap (makan pagi p=0,005, makan siang p=0,001, makan malam p=0,001). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pasien rawat inap yang menilai penampilan makanan baik akan menyisakan makanan yang lebih sedikit dengan persentase terbesar 69,8%, sedangkan pasien rawat inap yang menilai penampilan makanan kurang akan memberikan sisa makanan yang lebih banyak dengan persentase terbesar 69%.
Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlu adanya peningkatan rasa makanan dengan ditambahkan bumbu makanan seperti bawang merah, bawang putih, perlu peningkatan penampilan makanan pada aspek warna dan bentuk makanan yang lebih bervariasi, perlu adanya penyesuaian alat saji kelas II dan III alat makan sendok plastik bebek dapat diganti dengan sendok plastik dengan ukuran yang besar, perlu adanya penambahan jumlah tenaga kerja untuk bagian pramusaji dan penambahan trolly pengantar makanan sehingga pada saat pendistribusian makanan dapat menurunkan risiko makanan yang tersajikan mengalami penurunan suhu, dan melakukan edukasi gizi dengan pasien untuk mendorong pasien rawat inap menghabiskan makanan yang tersajikan. | en_US |