Diksi dan Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Karya Didi Kempot yang Bertemakan Patah Hati
Abstract
Lagu merupakan wadah ekspresi seseorang mengenai suasana hati seperti perasaan bahagia, sedih, kecewa, dan sakit hati serta kejadian-kejadian di sekitar yang dapat diwujudkan dalam sebuah lagu dengan menyesuaikan bahasa atau pilihan kata dengan fenomena yang sering dialami oleh pneikmatnya, termasuk patah hati. Penggunaan diksi dan gaya bahasa di dalam lirik lagu dapat menambah nilai keindahan, juga memberikan kesan puitis di dalam lirik lagu tersebut sehingga mampu membawa pendengarnya memperoleh efek keharuan atau kesedihan. Pemakaian diksi dan gaya bahasa yang tepat mampu menyampaikan pesan kepada pendengarnya. Diksi dan gaya bahasa ini diperoleh dari kesesuaikan lirik lagu pada makna atau tema yang dibangun sesuai dengan konteks isi lirik lagu tersebut. Lirik lagu dalam karya Didi Kempot berbahasa Jawa ditekankan pada kebiasaan dan kegemaran masyarakat Jawa yang menggunakan bahasa simbolik dalam setiap liriknya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan tiga tahap penelitian yaitu: penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Penyedian data menggunakan metode simak dan mentranskrip data dengan menggunakan metode transkripsi ortografis dan fonetis dengan mengikuti kaidah ejaan di dalam kamus Bahasa Jawa dan kamus bahasa Indonesia. Metode hasil penelitian menggunakan metode penyajian secara informal dengan menggunakan kata-kata biasa bukan menggunakan lambang-lambang.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh diksi dalam lirik lagu karya Didi Kempot, berupa penggunaan makna denotatif dan makna konotatif yang di dalamnya juga ditemukan diksi patah hati. Diksi dalam lirik lagu karya Didi Kempot berupa makna denotatif yang terdiri atas kata yakni: kangen, cidro, nelangsa, eluh, nasib, tega, betah, panyuwun, emas, eling, warta, tatu, salah, sawang lara, dan bentuk frasa yakni bojo anyar, ra iso digugu, ra maido. Diksi makna konotatif yang terdiri atas kata yakni: mundur, nandhang, kahanan, bali, weruh, biru, luntur, gedhe, dada, lunga, nyonggo, dan bentuk frasa yakni: urip kari balung, wangi mawar, kesiram udan, udan gerimis, mendunge udan, sewu kutho, sewu ati, tandur pari, suket teki. Kedhepe moto, trenyuk ati, remuk ati, teles kebes, klambi anyar, swara angin, watu gedhe, ora lamis, kembang tebu, saksi bisu, dalam anyar, kebak kembang, dan manise janji.
Didi Kempot dalam penciptaan lirik lagunya yang bertemakan patah hati tidak terlepas dari gaya bahasa. Gaya bahasa yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat ditemukan gaya bahasa antitesis dan gaya bahasa repetisi, dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terbagi menjadi dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris terdiri atas gaya bahasa aliterasi, apofasis, apostrof, litotes, pleonasme, hiperbol, dan paradoks. Sedangkan gaya bahasa kiasan terdiri dari gaya bahasa simile, metafora, personifikasi, dan epitet.
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan diksi dan gaya bahasa dapat berpengaruh dalam penyampaian lirik lagu kepada pendengarnya dengan kesesuaian makna dan tema dalam konteks isi lirik lagu serta bahasa simbolik pada masyarakat Jawa seperti paribasan awak urip kari balung, tak tandur pari jebule suket teki, dan remuk ati. Lirik lagu karya Didi Kempot yang bertemakan patah hati memiliki ciri yang unik dalam 10 lagunya, sehingga pendengar mampu menikmati lagu tersebut karena seakan-akan terbawa dalam efek kesedihan, keharuan, dan suasana patah hati dengan dibuktikan nilai keindahan dan puitis yang mudah dihafal secara lisan.