Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) terhadap Peningkatan Kekuatan Otot pada Pasien Stroke
Abstract
Pendahuluan: Stroke merupakan gejala yang disebabkan oleh kelainan
neurologis (deficit neurologis), bersifat lokal dan global, serta terjadi secara tiba-
tiba dengan tanda dan gejala klinis yang berlangsung lebih dari 24 jam
(Permatasari, 2020). Apabila penderita stroke tidak mendapatkan perawatan
terbaik, kemungkinan besar berisiko mengalami kecacatan atau kelemahan.
Kekuatan otot dapat dipertahankan dengan melakukan latihan rentang gerak, atau
juga dikenal sebagai Range Of Motion (ROM). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada
pasien stroke. Metode : Penelitian ini menggunakan metode literature review
dengan menggunakan database elektronik berupa Pubmed, Garuda, dan Google
Scholar didapatkan hasil 1.727 artikel. Namun hanya 7 artikel yang memenuhi
kriteria inklusi untuk di review. Hasil : Secara umum, stroke menempati urutan
ketiga sebagai penyakit mematikan setelah jantung dan kanker. Berdasarkan hasil
pembahasan bahwa dengan melakukan latihan ROM dapat meningkatkan kekuatan
otot pada pasien stroke. Pembahasan : Usia tergolong sebagai faktor resiko stroke
yang tidak dapat diubah. Setelah seseorang berusia 55 tahun, kemungkinan besar
serangan stroke bertambah dua kali lipat. (Susanti et al., 2019) menyatakan bahwa
pria lebih cenderung beresiko daripada wanita dengan proporsi 3:2. Pria umumnya
akan mengalami stroke iskemik, sementara wanita pada umumnya mengalami
stroke hemoragi. Hemiparesis pada ekstremitas atas dapat membuat pasien
mengalami kendala yang berbeda sehingga pasien mengalami banyak
ketergantungan dalam aktivitas, sehingga latihan dan tindakan yang baik dan
mudah diperlukan oleh pasien adalah latihan ROM. Pemberian latihan ROM dua
kali sehari dalam enam hari dan dengan waktu 10-15 menit dapat mempengaruhi
tingkat derajat rentang gerak sendi ekstremitas.