Perbandingan Metode Distilasi dan Variasi Waktu Pelayuan Bahan terhadap Profil Minyak Atsiri Sereh Wangi Lenabatu (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)
Abstract
Tanaman sereh yang tumbuh di Indonesia pada umumnya ada 2 jenis yaitu
sereh wangi (Cymbopogon sp.) dan sereh dapur (Cymbopogon citratus). Sereh
wangi (Cymbopogon sp.) dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu mahapengiri
(Cymbopogon winterianus) dan lenabatu (Cymbopogon nardus). Jenis lebanatu
merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi cukup besar sebagai
penghasil minyak atsiri. Sereh wangi menghasilkan citral sebanyak 78-85%
dalam minyak atsiri yang membentuk turunan-turunan lain seperti sitronella,
sitronellol dan geraniol (senyawa mayor). Kelemahan produksi minyak atsiri
sereh wangi adalah kurangnya informasi tentang perbandingan metode distilasi
yang digunakan dan pelayuan bahan yang optimum untuk memperoleh hasil
maksimal pada rendemen dan kelimpahan senyawa yang tekandung dalam
minyak atsiri.
Penelitian ini meliputi perbandingan metode distilasi dan variasi pelayuan
daun sereh wangi (C. nardus) untuk mengetahui pengaruh metode distilasi dan
pelayuan bahan terhadap sifat fisik (indeks bias, aroma dan warna) dan profil
(rendemen, kelimpahan dan komponen senyawa) minyak atsiri sereh wangi. Daun
sereh wangi diperoleh dari Kebun Perumahan Gebang Permai, Desa Gebang,
Kecamatan Gebang, Kabupaten Jember. Daun yang digunakan dikering-anginkan
selama 1 hari untuk kemudian didistilasi menggunakan 3 metode yang berbeda
yaitu distilasi air, distilasi uap-air, dan distilasi uap. Penelitian ini juga mengkaji
tentang pengaruh pelayuan bahan yaitu pelayuan 0 hari, 1 hari dan 3 hari terhadap
sifat fisik (indeks bias, aroma dan warna) dan profil (rendemen, kelimpahan dan
komponen senyawa) minyak atsiri sereh wangi. Minyak atsiri yang dihasilkan dari
masing-masing perlakuan kemudian dianalisis menggunakan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectroscopy) untuk mendapat metode distilasi dan
pelayuan bahan yang terbaik.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh secara signifikan pada
perbandingan metode distilasi terhadap profil minyak atsiri sereh wangi. Distilasi
air menghasilkan rendemen tertinggi (0,9250%) dengan kelimpahan senyawa
geraniol 40,87%; citronella 23,26%; dan citronelol 5,29%. Distilasi uap-air
menghasilkan rendemen 0,7282% dengan kelimpahan geraniol 46,46%; citronella
15,29%; dan citronelol 3,96%, sementara distilasi uap menghasilkan rendemen
0,3384% kelimpahan geraniol 45,77%; citronella 13,74%; dan citronelol 3,6%.
Sehingga didapatkan metode siatilasi air untuk perlakuan selanjutnya yaitu
pelayuan bahan. Perbedaan waktu pelayuan bahan dalam distilasi air berpengaruh
terhadap profil minyak atsiri sereh wangi. Pelayuan sampel 1 hari menghasilkan
rendemen tertinggi (0,9177%) dengan kelimpahan senyawa geraniol 20,37%;
citronella 20,26%; dan citronelol 3,5%. Pelayuan bahan 0 hari (segar)
menghasilkan rendemen 0,3660% dengan kelimpahan senyawa geraniol 24,17%;
citronella 19,05%; dan citronelol 2,81%, serta pelayuan 3 hari menghasilkan
rendemen 0,5771% dengan kelimpahan senyawa geraniol 21,5%; citronella
16,5%; dan citronelol 2,95%. Pelayuan bahan 1 hari merupakan pelayuan yang
optimal untuk perlakuan bahan sebelum diekstraksi.