Pemetaan Wilayah dan Analisis Perubahan Parameter ISPU dengan Kejadian ISPA Tahun 2015–2020 (Studi Pada SUF 6 di Wonorejo Dan SUF 7 Di Kebonsari Kota Surabaya)
Abstract
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ialah infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian saluran napas baik bagian atas, bawah maupun keduanya. Dalam beberapa tahun terakhir penyakit pada sistem pernafasan menjadi urutan pertama yang paling banyak dialami masyarakat Surabaya. Berdasarkan segitiga epidemiologi terjadinya suatu penyakit menular dipengaruhi oleh lingkungan, agen penyebab penyakit dan pejamu. Beberapa penyebab dari suatu penyakit berkaitan dengan kondisi lingkungan seperti zat pencemar atau polutan udara yang sangat berperan sebagai media transmisi suatu penyakit. Paparan udara yang mengandung polutan seperti SO2, PM, NO2, CO, dan O3 memiliki efek akut pada tubuh yang menimbulkan infeksi saluran pernapasan. Saat ini pemerintah Kota Surabaya
memiliki stasiun pemantau udara berfungsi untuk memantau dan mengevaluasi kondisi lingkungan kota terutama lingkungan udara. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perubahan parameter ISPU yaitu PM10, NO2, SO2, CO, dan O3 dengan kejadian ISPA di SUF 6 Wonorejo dan SUF 7 Kebonsari pada tahun 2015 – 2020.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan studi ekologi berdasarkan waktu dan batasan ekologi wilayah jangkauan dari SUF 6 dan 7 di Kota Surabaya. Sumber data diperoleh dari data sekunder berupa data kasus ISPA dan data pengukuran ISPU dengan metode dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji korelasi Spearman’s Rho serta pemetaan wilayah dengan QGIS 10.6 untuk mendukung hasil analisis.
Hasil penelitian menunjukkan Rata-rata Parameter ISPU pada kurun waktu 2015-2020 di SUF 6 dan 7 Kota Surabaya mengalami fluktuatif. Pada SUF 6 Wonorejo rata-rata konsentrasi PM10 adalah 29,21 µg/m3 , rata-rata konsentrasi NO2 adalah 10,57 µg/m3, rata-rata konsentrasi SO2 adalah 19,19 µg/m3, rata-rata konsentrasi CO adalah 1,20 µg/m3, rata-rata konsentrasi O3 adalah 43,03 µg/m3.
Pada SUF 7 Kebonsari rata-rata konsentrasi PM10 adalah 55,20 µg/m3, rata-rata konsentrasi NO2
adalah 24,16 µg/m3, rata-rata konsentrasi SO2 adalah 12,44 µg/m3, rata-rata konsentrasi CO adalah 1,04 µg/m3, rata-rata konsentrasi O3 adalah 27,43 µg/m3, mayoritas seluruh konsentrasi disemua SUF masih dibawh baku mutu udara ambien. Rata-rata kasus ISPA di wilayah SUF 6 Wonorejo selama tahun 2015-2020 adalah 297 kasus (min: 15, max:839) dan Pada wilayah SUF 7 Kebonsari, rata-rata
kasus ISPA selama tahun 2015-2020 adalah 928 kasus (min: 329, max:1620) .
Hasil analisis korelasi disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara parameter SO2, NO2, dan O3 dalam udara ambien pada SUF 6 Wonorejo dengan kejadian ISPA dan terdapat hubungan antara parameter SO2 dan NO2 dalam udara ambien pada SUF 7 Kebonsari dengan kejadian ISPA tahun 2015-2020. Pada SUF 6 Wonorejo rerata konsentrasi tinggi pada O3 di tahun 2015,2016,2017, dan 2019.
Pada SUF 6 Wonorejo rerata konsentrasi tinggi pada PM10 sepanjang tahun. Di tahun 2020 terdapat nilai tidak valid dibeberapa bulan tertentu dan beberapa konsentrasi hal ini disebabkan adanya perbaikan pada SUF. Pada wilayah jangkauan SUF 6 Wonorejo rata-rata kejadian ISPA tertinggi terjadi pada
Puskesmas Medokanayu. Pada wilayah jangkauan SUF 7 Kebonsari rata-rata kejadian ISPA tertinggi terjadi pada Puskesmas Kedurus. Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah disarankan kepada pemerintah Kota Surabaya untuk melakukan monitoring kecenderungan faktor
yang meningkatkan polutan udara dan prevalensi kejadian ISPA sebagai bahan evaluasi. Bekerjasama dengan dinas terkait untuk tindak pengendalian terhadap kualitas udara, mengedukasi masyarakat dalam terkait kondisi dan bahaya udara tercemar dan pencegahan serta pengendalian ISPA dengan memanfaatkan media sosial yang sering diakses oleh masyarakat. Perlu adanya kesadaran masyarakat
serta andil dalam mempelihara dan menjaga kondisi lingkungan terutama lingkungan udara. Melakukan kegiatan yang mampu membantu mengurangi polusi udara. Dan juga perlu diteliti lebih lanjut terkait korelasi antara variabel lainnya yang memiliki kemungkinan dalam menjadi faktor risiko terjadinya penyakit ISPA.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]