Potensi Energi Listrik dari Tanaman Gonda (Sphenoclea zeylanica) dengan Metode Plant Microbial Fuel Cell (P-MFC)
Abstract
Penggunaan energi di dunia saat ini semakin meningkat serta tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang ada, sehingga memunculkan suatu masalah
krisis energi. Permasalahan yang berkaitan dengan menipisnya pasokan energi ini
dialami sejumlah negara, salah satu contoh negara yang mengalami hal tersebut
adalah Indonesia. Berdasarkan data terkini, Indonesia mengalami lonjakan
penggunaan energi sebesar 4,6% pertahun dan akan terus bertambah tiap tahunnya.
Sumber energi di Indonesia terutama energi listrik dihasilkan dari penggunaan
bahan bakar fosil berupa batu bara yang diperkirakan hanya dapat bertahan selama
65 tahun apabila tidak ada sumber energi alternatif. Sehingga, perlu dilakukakan
upaya untuk menghasilkan sumber energi listrik alternatif yang berkelanjutan
(sustainable technology). Salah satu energi alternatif yang dapat dikembangkan
yaitu Plant-Microbial Fuel Cell (P–MFC ). P–MFC ini merupakan metode dengan
memanfaatkan mekanisme syntrophy (hubungan antara mikroorganisme dalam
tanah dengan tanaman) untuk menghasilkan listrik. Proses P–MFC terjadi secara
alami pada sekitar akar tanaman secara langsung sehingga mampu menghasilkan
listrik (Strik et al., 2008). Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
tanaman gonda (Sphenoclea zeylanica). Tujuan dari dilakukannya penelitian ini
yaitu untuk mengetahui pengaruh dari penambahan pupuk organik merk Petroganik
dan pupuk urea terhadap nilai power density maksimum yang dihasilkan dari
Gonda–MFC ini.
Penelitian ini diawali dengan preparasi substrat dan elektroda serta
dilanjutkan dengan pembuatan konstruksi P–MFC. Perlakuan P–MFC ini terbagi
menjadi tiga jenis yaitu tanpa penambahan pupuk, dengan penambahan pupuk
organik, dan dengan penambahan pupuk urea. Perlakuan P–MFC dengan penambahan pupuk organik merk Petroganik terdiri dari variasi dengan jumlah
pupuk 50,85 gram, variasi dengan jumlah pupuk 33,90 gram dan variasi dengan
jumlah pupuk 16,95 gram. Sedangkan perlakuan P–MFC dengan penambahan
pupuk urea terdiri dari variasi jumlah pupuk 1,09 gram, variasi jumlah 0,73 gram
dan variasi dengan jumlah pupuk 0,36 gram. Langkah selanjutnya yaitu pengukuran
nilai tegangan dan nilai kuat arus yang dihasilkan untuk mengetahui pengaruh
penambahan jenis dan jumlah pupuk terhadap nilai power density maksimum yang
diperoleh dari proses perhitungan. Pengukuran ini menggunakan dua multimeter
digital secara bersamaan dengan masing-masing multimeter memiliki fungsi yang
berbeda, yaitu sebagai alat ukur tegangan dan sebagai alat ukur kuat arus listrik.
Pengukuran listrik dilakukan dengan metode polarisasi serta dengan variasi resistor
yang digunakan yaitu 10 Ω; 20 Ω; 50 Ω; 100 Ω; 200 Ω; 500 Ω; 1 K Ω; dan 2 K Ω.
Penelitian ini dilakukan setiap hari pada pukul 09.00 pagi selama rentang waktu 32
hari. Hasil pengukuran pada penelitian ini selanjutnya diolah menggunakan
Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai power density maksimum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profile tegangan yang dihasilkan oleh
Gonda–MFC adalah fluktuatif tidak beraturan, dengan nilai tegangan maksimum
yang dihasilkan oleh variasi jenis tanpa pupuk sebesar 219,7 mV, pada variasi
dengan pupuk organik sebesar 289,6 mV, dan pada variasi pupuk urea sebesar 259,8
mV. Penambahan substrat berupa pupuk organik merk petroganik dan pupuk urea
pada Gonda–MFC dapat meningkatkan nilai power density secara signifikan. Nilai
power density maksimum dari masing-masing jenis pupuk pada konstruksi Gonda–
MFC dihasilkan pada jumlah pupuk yang ideal, yaitu 33,90 gram pada pupuk
organik dan 0,73 gram pada pupuk urea. Adapun nilai power density (rapat daya)
maksimum dihasilkan pada hari ke–25 yaitu sebesar 8,55 mW/m2
dengan variasi
penambahan pupuk organik merk petroganik sebanyak 33,90 gram.