Pengaruh Injeksi Protein Spike Sars-Cov-2 Rekombinan terhadap Profil Leukosit Tikus Galur Wistar Rattus Norvegicus
Abstract
Virus Corona merupakan virus yang berasal dari kelelawar yang dapat
menginfeksi manusia, pada akhir tahun 2019 muncul varian virus corona baru
yang berasal dari Wuhan, China yaitu SARS-CoV-2 dan penyakitnya yaitu
Coronaviruses Disease-2019 atau disebut COVID-19. Pencegahan COVID-19
telah dilakukan salah satunya dengan menggunakan vaksin. BPOM telah
mengeluarkan izin untuk sepuluh vaksin COVID-19 yaitu Sinovac, AstraZeneca,
Sinopharm, Moderna, Pfizer, Novavax, Sputnik-V, Janssen, Convidencia dan
Zifivax. Vaksin tersebut memiliki mekanisme berbeda baik dari jumlah
dosis, interval pemberian, hingga platform vaksin, yaitu inactivated virus, berbasis
RNA, vektor virus, dan protein rekombinan.
Vaksin dengan protein rekombinan tidak bereplikasi dalam inang sehingga
tidak patogen dan lebih aman. Protein rekombinan merupakan protein yang
diperoleh dari hasil teknologi DNA rekombinan. Protein sintetik penyandi
tersebut digunakan untuk membuat model dalam memproduksi antigen
rekombinan sebagai kandidat vaksin galur lokal yang mampu memberikan respon
antibodi yang spesifik sesuai dengan genetik virus SARS-CoV-2 yang terdapat di
Indonesia . Virus penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh dapat dideteksi
salah satunya dengan melihat jumlah sel leukositnya. Leukosit merupakan bagian
yang memproduksi antibodi yang dapat melawan virus, bakteri, jamur, dan parasit
penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh sehingga leukosit sangat penting
bagi sistem kekebalan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
bagaimana gambaran dari pemeriksaan darah yaitu leukosit atau sel darah putih
terhadap protein rekombinan pengkode protein spike SARS-CoV-2 sebagai
kandidat vaksin virus COVID 19.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni (true
experimental laboratories) yang bertujuan untuk mengetahui efek dari protein
spike SARS-CoV-2 rekombinan terhadap jumlah sel dan diferensial leukosit tikus galur Wistar (Rattus norvegicus). Terdapat tiga kelompok perlakuan yaitu P0
(kontrol), P1 (protein rekombinan + adjuvant) dan P2 (protein rekombinan tanpa
adjuvant). Pemberian injeksi vaksin protein rekombinan dilakukan tiap 2 minggu
sekali, sedangkan parameter berupa jumlah sel leukosit dan diferensial leukosit
diamati pada awal sebelum injeksi dan akhir setelah injeksi minggu ke-6.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh penambahan adjuvant
pada jumlah sel leukosit dan diferensial leukosit yang mengalami peningkatan
setelah injeksi protein rekombinan. Hasil jumlah sel leukosit P1 dan P2 terdapat
perbedaan antara sebelum dan sesudah injeksi yaitu peningkatan jumlah sel
leukositnya. Pada jumlah sel leukosit sebelum injeksi P1 yaitu ±3975 setelah
injeksi ±4091. Pada jumlah sel leukosit sebelum injeksi P2 yaitu ±3875 setelah
injeksi ±4641. Sedangkan pada hasil diferensial leukosit terdapat perbedaan antara
sebelum dan sesudah injeksi, perubahan tersebut yaitu terdapat peningkatan pada
jumlah limfositnya. Peningkatan pada limfosit P1 sebelum perlakuan yaitu 69%
dan setelah perlakuan 83%. Pada diferensial leukosit limfosit P2 sebelum
perlakuan yaitu 66% dan setelah perlakuan 74%. Hasil penelitian tersebut dapat
diindikasikan bahwa protein rekombinan dapat digunakan sebagai kandidat vaksin
COVID-19 karena tidak menimbulkan perubahan abnormal terutama pada
peningkatan jumlah leukositnya. Setelah didapatkan hasil maka dilakukan
penyebar luasan informasi mengenai efek injeksi protein rekombinan melalui
media berupa poster. Hasil dari validasi poster menunjukkan angka 85.83% yaitu
sangat layak sebagai sumber informasi bagi masyarakat.