Pengaruh Gelombang Ultrasonik terhadap Hasil Padatan dan Sifat Kelarutan pada Pembentukan Kokristal Kurkumin-Isonikotinamida
Abstract
Kurkumin merupakan senyawa golongan polifenol hidrofobik yang memiliki berbagai aktivitas biologis seperti antikanker, antiinflamasi, anti-HIV, antikarsinogenik, antimalaria, antioksidan dan penyembuh luka. Berdasarkan Biopharmaceutics Classification System (BCS), kurkumin termasuk senyawa kelas IV yang mempunyai sifat kelarutan dalam air dan permeabilitas yang rendah. Kelarutan kurkumin yaitu praktis tidak larut dalam air (3,12 mg/L pada suhu 25oC) sehingga menyebabkan bioavailabilitasnya menjadi rendah sehingga perlu dilakukan pengembangan sifat kelarutan kurkumin dalam rangka meningkatkan bioavailabilitas dan aktivitas farmakologisnya.
Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu dengan modifikasi padatannya menjadi kokristal. Kokristal merupakan kristal dengan struktur homogen yang terdiri dari dua molekul yang mengandung bahan aktif farmasi (BAF) dan senyawa koformer dalam suatu rasio tertentu. Pembentukan kokristal menggunakan bahan aktif dengan koformer yang penggunaannya diharapkan dapat mengubah sifat kelarutan dan profil disolusi tanpa mengubah aktivitas farmakologinya. Pembentukan kokristal yang paling sering digunakan yaitu menggunakan metode penguapan pelarut. Metode ini didasarkan dengan pelarutan bahan aktif dan koformer dalam suatu pelarut tertentu, kemudian pelarut dihilangkan untuk memperoleh bentuk padatan kokristal. Namun, dalam pembuatannya seringkali ditemukan permasalahan seperti tidak terbentuknya kokristal dan adanya penurunan sifat kelarutan ketika telah terbentuk padatan kokristal. Dengan demikian dilakukan perlakuan ultrasonik pada pembentukan kokristal kurkumin untuk meningkatkan sifat kelarutan dan profil disolusi yang lebih baik.
Hasil penelitian pembentukan kokristal dengan bahan kurkumin murni dan koformer isonikotinamida menggunakan metode penguapan pelarut dengan dan tanpa perlakuan ultrasonik menunjukkan bahwa sampel kokristal dapat membentuk suatu padatan kokristal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sifat padatan sampel meliputi hasil pengamatan mikroskopis dan karakterisasi menggunakan DSC, PXRD, dan FTIR. Hasil pengamatan mikroskopis sampel kokristal kurkumin-isonikotinamida dengan perlakuan ultrasonik menunjukkan kristal berbentuk partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan kurkumin murni yang berbentuk lempeng persegi panjang. Sampel kokristal kurkumin-isonikotinamida tanpa perlakuan ultrasonik memperlihatkan bentuk campuran lempeng persegi panjang dan tidak beraturan dibandingkan dengan kurkumin murni. Pada hasil karakterisasi DSC sampel kokristal kurkumin-isonikotinamida tanpa perlakuan ultrasonik menunjukkan titik lebur dan entalpi peleburan sebesar 160,6oC dan 119,021 J/g; sedangkan sampel kurkumin-isonikotinamida dengan perlakuan ultrasonik yaitu 160,5oC dan 102,891 J/g. Hasil difraktogram PXRD menunjukkan adanya puncak difraksi baru pada sampel kokristal kurkumin-isonikotinamida tanpa perlakuan ultrasonik yaitu 19,69o dan 30,11o ; sedangkan sampel kokristal kurkuminisonikotinamida dengan perlakuan ultrasonik yaitu 12,87o dan 28,58o . Hasil FTIR menunjukkan adanya interaksi intermolekuler antara bahan kurkumin murni dengan isonikotinamida yaitu interaksi pada ikatan C=O kurkumin dengan ikatan N-H isonikotinamida yang dapat membentuk ikatan hidrogen, hal ini ditunjukkan dengan adanya pergeseran puncak serapan pada spektra tiap masing-masing sampel kokristal. Selain itu, hasil pengujian kelarutan dan profil disolusi kokristal kurkumin-isonikotinamida menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan kurkumin murni.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]