dc.description.abstract | Rantai fermentasi limbah debu sabut kelapa yang panjang perlu adanya penambahan bioaktivator untuk mempercepat proses pengomposan. Kotoran ayam menjadi peluang aktivator alami dalam proses fermentasi limbah debu sabut kelapa. Waktu yang dibutuhkan dalam pengomposan limbah akan lebih optimal dengan penambahan bioaktivator seperti EM-4. Penelitian dilakukan di tempat pembuatan pupuk organik ‘Minak Jinggo’ yang beralamat di Desa Sumberbaru Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi dan dilanjutkan analisis di Laboratorium Prodi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pada rancangan perobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktorial dan 7 perlakuan. Dilakukan pengujian kandungan kompos yang meliputi analisis pengukuran pH, N, P. K, C-Organik dan C/N ratio kompos. Hasil kompos dengan waktu yang optimal dan kandungan yang sesuai Kepmentan No. 261 tahun 2019 kemudian dilakukan rancangan percobaan pengaruh kompos pada tanaman sawi pakcoy dengan 2 faktorial yaitu kompos yang digunakan dan dosis. Dilakukan dengan ulangan sebanyak 3 kali setiap perlakuan. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun total (helai), diameter batang (cm), luas daun tanaman (cm3), berat segar total tanaman (g) dan berat kering total tanaman (g). Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan analisis ragam Anova pada taraf 5% dan dilakukan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 95% (P<0.05) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Perlakuan perbandingan bahan limbah debu sabut kelapa dan kotoran ayam 30:70 dengan waktu pengomposan selama 28 hari merupakan formulasi kompos yang tepat dan waktu pengomposan yang terbaik untuk menjadi kompos yang sesuai dengan Kepmentan No. 261 tahun 2019 dengan kandungan NPK sebesar 2,074%, C-Organik sebesar 18,47, dan C/N rasio sebesar 11,76. Perlakuan kompos dan dosis yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy adalah pada perlakuan penambahan kompos dengan perbandingan bahan 30:70 (K3) dan dosis 20 ton perhektar (D2) yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tanaman, kandungan N tanaman, dan serapan N tanaman tertinggi. Sedangkan untuk berat basah tanaman yang paling tinggi terdapat pada perlakuan penambahan kompos dengan perbandingan bahan 50:50 (K2) dan dosis 20 ton perhektar (D2). | en_US |