Hubungan Asupan Energi, Protein, Zinc, Penyakit Infeksi dan Higiene Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Tamanan Kabupaten Bondowoso)
Abstract
Hubungan Asupan Energi, Protein, Zinc, Penyakit Infeksi Dan Higiene
Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59
Bulan (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamanan Kabupaten
Bondowoso); Khofifah Dwi Lestari; 182110102006;2022; 153 halaman; Program
Studi S1 Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Penurunan angka stunting pada balita termasuk kedalam program
pembangunan kesehatan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Stunting merupakan indikator adanya
malnutrisi kronis akibat kekurangan asupan zat gizi dalam periode yang lama
sehingga mengakibatkan anak lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
Stunting dapat terjadi saat di dalam kandungan, tetapi baru terlihat saat anak telah
memasuki usia dua tahun. Pada tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia
masih cukup tinggi sebesar 24,4% dibandingkan dengan batasan yang ditetapkan
WHO sebesar 20%. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki
masalah stunting sebesar 26,86%. Salah satu Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang
menjadi prioritas intervensi penanganan stunting adalah Kabupaten Bondowoso
yaitu sebesar 37% dan menjadi urutan ketiga terburuk di Jawa Timur.
Beberapa faktor penyebab balita mengalami stunting adalah asupan
makan, penyakit infeksi, higiene perorangan, dan sanitasi lingkungan yang buruk.
Asupan makan yang tidak adekuat menyebabkan balita mengalami malnutrisi
kronis dan rentan mengalami infeksi karena daya tahan tubuh menurun. Penyakit
infeksi merupakan gejala klinis yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit
sehingga balita yang mengalami penyakit infeksi akan mengalami penurunan
nafsu makan dan menyebabkan status gizi kurang, sedangkan higiene sanitasi
lingkungan yang tidak layak menyebabkan terjadinya penyakit infeksi yang
merupakan penyebab langsung terjadinya stunting. Dari 25 Puskesmas yang
tersebar di Bondowoso, Puskesmas Tamanan memiliki prevalensi stunting
tertinggi kedua sebesar 13,61%. Rata-rata balita dengan kategori status gizi stunting sebagian besar terjadi pada kelompok usia 24-59 bulan, oleh karena itu
kejadian stunting pada balita perlu mendapat perhatian dan tindakan khusus.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan energi,
protein, zinc, penyakit infeksi dan higiene sanitasi lingkungan dengan kejadian
stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tamanan,
Kabupaten Bondowoso. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik
observasional dengan desain penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian
ini terdiri dari ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Tamanan yang berjumlah 350 balita. Sampel pada penelitian ini
sebanyak 123 balita dengan teknik pengambilan simple random sampling.
Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis dengan menggunakan chi square dengan tingkat kepercayaan 95% .
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini berdasarkan asupan makan
dibagi menjadi tiga indikator yang diteliti yaitu asupan energi, asupan protein, dan
asupan zinc. Berdasarkan uji statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara asupan energi, asupan protein, dan asupan zinc dengan kejadian stunting
pada balita (p<0,05). Hasil statistik menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara penyakit infeksi dengan kejadian stunting pada balita (p<0,05),
dan untuk variabel higiene sanitasi lingkungan dibagi menjadi empat indikator
yang diteliti yaitu kepemilikan jamban, kebiasaan cuci tangan, sumber air minum,
kualitas fisik air minum. Berdasarkan uji statistik bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kebiasaan cuci tangan dengan kejadian stunting pada balita
(p<0,05). Sedangkan kepemilikan jamban, sumber air minum, dan kualitas fisik
air minum tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting
pada balita (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa asupan energi, protein, zinc, dan
penyakit infeksi menjadi faktor risiko kejadian stunting, sedangkan kebiasaan cuci
tangan menjadi salah satu faktor protektif kejadian stunting pada balita usia 24-59
bulan di wilayah kerja Puskesmas Tamanan Kabupaten Bondowoso. Saran yang
dapat diberikan untuk dinas kesehatan adalah dapat memberikan sarana dengan
cara membuat program dan memberikan bantuan serta arahan kepada instansi di
bawahnya seperti puskesmas dan posyandu dengan cara memberikan intervensi yang mengarah pada ibu balita mengenai pedoman gizi seimbang dan isi piringku,
serta bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) untuk memberikan sumber air terlindungi.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]