Resistensi Petani Garam Rakyat dalam menghadapi Rendahnya Harga Garam
Abstract
Garam tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi, namun garam juga dapat memenuhi kebutuhan industry. Di Indonesia salah satu pulau dengan produsen garam tertinggi ialah pulau Madura. Dari hasil produksi garam di Madura serta daerah-daerah produksi garam lainnya yang cukup melimpah tetap saja belum mampu dalam mencukupi kebutuhan garam nasional sehingga menyebabkan pemerintah melakukan impor untuk memenuhi permintaan garam. Namun kegiatan impor yang dilakukan pemerintah menyebabkan kerugian bagi petani garam karena jumlah impor yang berlebih sehingga menyebabkan harga garam merosot. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk resistensi petani garam dalam menghadapi rendahnya harga garam di desa pinggir papas, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori resistensi dari James Scott. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling, pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini mendapati bahwa dampak harga garam yang rendah karena aktivitas impor membuat para petani garam mengekspresikan ketidakpuasan mereka dengan melakukan aksi demo sebagai bentuk protes yang dilakukan oleh masyarakat petani garam, namun beberapa petani juga melakukan penimbunan sebagai bentuk penolakan harga garam yang rendah. Hal ini dilakukan dengan harapan akan ada perubahan harga dari pemerintah, ada dua bentuk resistensi yang dilakukan oleh masyarakat petani garam, yang pertama perlawanan terbuka, dan yang kedua perlawanan tertutup.