dc.description.abstract | Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang dinilai mampu memberikan kontribusi dalam pemulihan ekonomi pasca kritis di suatu negara. Agroindustri tebu salah satunya yaitu gula yang memiliki posisi strategis karena merupakan salah satu produk yang banyak di konsumsi oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Permintaan gula untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Konsumsi gula yang meningkat, hendaknya disertai dengan produksi gula nasional yang meningkat agar tidak terjadi adanya impor gula. Permasalahan yang dihadapi oleh industri gula yaitu dari segi bahan baku dan produksi. Program revitalisasi yang dilakukan oleh beberapa perusahaan gula belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Revitalisasi yang baru saja dilakukan di Pabrik Gula Assembagoes masih memiliki beberapa kendala, salah satunya yaitu mesin penggiling sering terjadi macet karena masih membutuhkan sinkronisasi. Adanya program revitalisasi tersebut tentunya berkaitan dengan produksi yang dihasilkan sehingga perlu melihat perbedaan pada masing-masing kondisi tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk melihat apakah pasca revitalisasi dapat meningkatkan produksi gula akibat adanya penambahan kapasitas giling.
Penelitian ini dilakukan di Pabrik Gula Assembagoes, Kabupaten Situbondo. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata produksi gula sebelum dan sesudah revitalisasi, (2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi gula sebelum dan sesudah revitalisasi di Pabrik Gula Assembagoes, dan (3) mengetahui efisiensi alokatif faktor produksi gula sebelum dan sesudah revitalisasi di Pabrik Gula Assembagoes. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data produksi sebelum revitalisasi (2015-2017) dan data produksi sesudah revitalisasi (2020-2021) per periode. Metode analisis menggunakan regresi linier berganda (fungsi produksi Cobb Dauglas), analisis efisiensi alokatif menggunakan rasio NPM dan BKM, serta uji independent sample t-test Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu produksi gula (Y) dan 4 variabel independen yaitu luas lahan (X1), jumlah tebu (X2), rendemen (X3), dan jam giling (X4).
Hasil analisis uji sample independent t-test didapatkan nilai Sig. (2tailed) sebesar 0,182 > 0,05 sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata produksi gula sebelum dan sesudah revitalisasi. Hasil analisis regresi linier berganda dengan fungsi produksi cobb douglas pada kedua kondisi (sebelum dan sesudah revitalisasi) menunjukkan hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis regresi sebelum revitalisasi, diperoleh nilai Fhitung 208,698 > Ftabel 2,70 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada taraf kepercayaan 95%, variabel luas lahan, jumlah tebu, rendemen, jam giling secara simultan berpengaruh terhadap produksi gula. Faktor yang mempengaruhi produksi gula secara signifikan pada sebelum revitalisasi yaitu luas lahan, jumlah tebu, dan rendemen. Hasil analisis regresi sesudah revitalisasi, diperoleh nilai Fhitung 39,419 > Ftabel 3,48 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada taraf kepercayaan 95%, variabel luas lahan, jumlah tebu, rendemen, jam giling secara simultan berpengaruh terhadap produksi gula. Faktor yang mempengaruhi produksi gula secara signifikan pada sesudah revitalisasi yaitu jumlah tebu dan rendemen. Skala hasil (RTS) sebelum dan sesudah revitalisasi berada pada kondisi skala hasil meningkat (Increasing Return to Scale). Hasil analisis efisiensi alokatif menunjukkan bahwa efisiensi alokatif sesudah revitalisasi memiliki rasio yang mendekati satu sehingga lebih efisien secara alokatif (harga) jika dibandingkan saat sebelum revitalisasi. | en_US |