Show simple item record

dc.contributor.authorYelly Elanda
dc.date.accessioned2013-12-20T07:01:22Z
dc.date.available2013-12-20T07:01:22Z
dc.date.issued2013-12-20
dc.identifier.nimNIM080910302011
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/11280
dc.description.abstractPerubahan nilai lahan menjadi sangat tinggi di Desa Gadingrejo, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember sejak adanya tanaman jeruk. Tanaman jeruk berhasil mengambil perhatian para penyewa lahan baik lokal maupun yang berasal dari luar daerah yang kemudian membentuk suatu tatanan sistem penyewaan lahan baru. Penyewa lahan melakukan sewa melalui makelar dan untuk mengontrol seluruh pekerjaan di lahannya, biasanya penyewa memiliki orang kepercayaan. Tahapan yang harus dilalui oleh para penyewa yang berasal dari luar daerah itu yang kemudian membentuk suatu sistem sewa dan relasi sosial di kalangan petani jeruk. Penelitian ini bertujuan: Mengetahui, mendeskripsikan serta menganalisis proses sistem penyewaan tanaman yang terjadi antara pemilik tanaman, makelar, penyewa yang juga sekaligus sebagai pedagang, orang kepercayaan yang juga bisa termasuk buruh tani dan buruh tani itu sendiri. Dan untuk mengetahui, mendeskripsikan serta menganalisis implikasi sistem penyewaan lahan jeruk terhadap relasi sosial di kalangan petani jeruk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, tehnik pengumpulan informan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data penelitian melalui observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan studi pustaka. Dalam proses validitas data, peneliti memperpanjang waktu observasi, pengamatan yang terus menerus, membicarakan hasil temuan dengan orang lain, menggunakan bahan referensi. Dalam analisis data, peneliti melakukan pengkategorian data, menginterpretasi data, mendialektikakan data dengan teori, memaparkan hasil penelitian baru kemudian dapat mengambil suatu kesimpulan. Petani di Desa Gadingrejo pada awalnya menanam tanaman subsisten padi yang kemudian karena adanya tekanan struktural atau kebijakan pemerintah TRI, petani menanam tanaman komersil tebu. Namun dengan adanya kebijakan TRI ini, petani merasa tertekan dan ingin merasakan kebebasan. Akhirnya petani melakukan perlawanan (resistensi) dengan menanam tanaman jeruk. Seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan kondisi politik dalam pemerintahan, makna tanaman jeruk bukan lagi sebagai tanaman perlawanan. Namun, tanaman jeruk ini merupakan tanaman kesejahteraan bagi petani. Dengan adanya komersialisasi dan rasionalisasi dalam diri petani, akhirnya petani pemilik lahan lebih memilih untuk menyewakan lahan jeruknya. Ada dua sistem penyewaan lahan jeruk, sistem prollan dan sistem tahunan. Sistem sewa lahan jeruk ini mempengaruhi pandangan penyewa dan pemilik lahan, memunculkan posisi baru dan adanya dekomposisi petani dalam sistem sewa lahan. Adanya perubahan-perubahan dalam sistem sewa lahan jeruk ini yang kemudian mempengaruhi relasi sosial yang terjalin diantara petani dalam sistem sewa lahan. Implikasinya terhadap relasi sosial diantara petani adalah ikatan sosial menjadi rendah, hubungannya bersifat kontraktual semu dan terjadi patronase semu.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080910302011;
dc.titleImplikasi Sistem Sewa Lahan terhadap Relasi Sosial Petani Jeruk di Jember (Studi Deskriptif di Desa Gadingrejo, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record