Sintesis dan Karakterisasi Komposit Konduktif PANI/BC
Abstract
Polianilin (PANI) merupakan salah satu jenis polimer konduktif yang telah
banyak disentesis karena memiliki beberapa sifat yang unik yaitu stabilitas termal
yang baik, konduktivitas tinggi dan mudah untuk disintesis. Polianilin disamping
memiliki kelebihan tersebut, juga memiliki kelemahan yakni mudah rapuh sehingga
sulit untuk dibuat film. Selulosa bakteri memiliki keunggulan sifat mekanik yang
sangat baik sehingga dapat digunakan untuk mengkompositkan polimer konduktif
dengan sifat mekanik yang lemah. Variasi Anilin : selulosa dalam sintesis komposit
polianilin-selulosa bakteri (PANI/BC) dilakukan untuk mengetahui perbandingan
optimal agar menghasilkan komposit yang fleksibel atau mudah ditekuk.
Perbandingan anilin : selulosa yang digunakan yaitu (1:0,5); (1:0,75); (1:1);
(1:1,25) dan (1:1,5). Penambahan variasi konsentrasi Dopan HCl dalam sintesis
komposit PANI/BC dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dopan
terhadap nilai konduktivitasnya. Variasi konsentrasi dopan yang digunakan adalah
0M; 1M; 2M; 3M dan 4M. Karakterisasi komposit polianilin-selulosa bakteri yang
diperoleh dianalisis dengan pengukuran nilai konduktivitas dan FTIR.
Hasil sintesis PANI/BC dari penelitian ini berwarna hijau kehitaman. Warna
hijau kehitaman tersebut mengindikasikan bahwa jenis polianilin yang terbentuk
merupakan basa emeraldin. Basa emeraldin dapat diatur konduktivitasnya dengan
pemberian dopan HCl dimana proton ditambahkan ke situs imina. Semakin besar
konsentrasi HCl maka H+ yang mengalami protonasi lebih banyak sehingga bentuk
garam emeraldin lebih banyak. Namun saat konsentrasi asam terlalu tinggi maka
akan terjadi kerusakan rantai polimer yang disebabkan hidrolisis lebih dominan
daripada pembentukan rantai polimer sehingga nilai konduktivitasnya menurun.
Cincin kuinoid dan benzoid dalam PANI berkaitan dengan nilai
konduktivitasnya. Komposit PANI/BC dengan konsentrasi dopan HCl 3M
menunjukkan nilai konduktivitas yang tertinggi. Hal ini jika dikaitkan dengan
spektra FTIR PANI/BC melalui perbandingan puncak benzoid dan kuinoid.
Peningkatan konsentrasi dopan sampai konsentrasi 2M menghasilkan rasio yang
hampir sama, namun pada konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 3M dan 4M
menunjukkan penurunan rasio. Kecenderungan ini tidak seiring dengan hasil
konduktivitasnya. Dengan demikian, hasil FTIR yang diperoleh hanya bisa
menunjukkan bahwa cincin kuinoid dan benzoid telah terbentuk dalam sintesis
PANI. Adanya cincin kuinoid dan benzoid menunjukkan bahwa bentuk PANI yang
diperoleh adalah bentuk garam emeraldin.