Hubungan Antara Self Management dengan Tingkat Stres pada Pasien Hipertensi di RSD dr. Soebandi Jember
Abstract
Hipertensi merupakan gangguan pada jantung dan pembuluh darah yang
apabila diukur dua kali dengan jarak lima menit menunjukkan hasil tekanan darah
sistolik naik diatas 140 mmHg dan diastolik naik diatas 90 mmHg. Salah satu
faktor risiko yang dapat menimbulkan terjadinya hipertensi melalui aktivitas saraf
simpatis berakibat meningkatnya tekanan darah secara tidak teratur yaitu stres.
apabila stres yang dialami pasien hipertensi tidak teratasi dengan baik dapat
menimbulkan terjadinya komplikasi, yaitu stroke, penyakit jantung, gagal jantung
kongesif, gangguan penglihatan, dan penyakit ginjal. Stres adalah tekanan
psikologis dan emosional yang bisa mempengaruhi kehidupan seseorang dan jika
dibiarkan dapat mengganggu kelancaran penyelesaian tugas perkembangan.
Untuk bisa menurunkan tingkat stres secara efektif diperlukan pemahaman dan
melakukan strategi-strategi dari setiap aspek self management. Self management
hipertensi dapat dicapai dengan menerapkan 5 komponen yaitu integrasi diri,
regulasi diri, interaksi dengan petugas kesehatan dan orang lain, pemantauan
tekanan darah, dan kepatuhan terhadap aturan yang direkomendasikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan self management
dengan tingkat stres pada pasien hipertensi di RSD dr. Soebandi Jember.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling dengan cara consecutive sampling. Sampel yang diperoleh
sebanyak 84 responden. pengumpulan data menggunakan kuesioner Hypertension
Self-Management Behavior (HSMBQ) untuk mengukur self management dan
Perceived Stress Scale (PSS) untuk mengukur tingkat stres. Analisa data
menggunakan uji statistik Kendall-Tau dengan nilai α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan self management pasien hipertensi paling
banyak dalam kategori baik sebanyak 51 orang (60,7%). Hasil tingkat stres pada
pasien hipertensi paling banyak pada kategori sedang sebanyak 44 orang (52,4%).
Analisa data menggunakan uji korelasi Kendall-Tau menunjukkan hasil nilai p
value = 0,004 dengan nilai koefisien korelasi sebesar r = -0,317 artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara self management dengan tingkat stres pada
pasien hipertensi di RSD dr. Soebandi dengan tingkat kekuatan korelasi rendah
dan arah hubungan negatif.
Self management merupakan program yang dikembangkan untuk
mendukung individu dengan penyakit kronis dalam melakukan pengaturan diri
dengan perubahan pola hidup untuk mencegah terjadinya komplikasi. Salah satu
fungsi dari strategi self management yaitu untuk melepaskan stres. Untuk bisa
menurunkan tingkat stres secara efektif diperlukan pemahaman dan melakukan
strategi-strategi dari setiap aspek self management. Dalam menggunakan strategi
manajemen diri terhadap kejadian stres, seseorang akan berusaha mengarahkan
perubahan perilakunya dengan cara mengubah aspek-aspek lingkungan atau
dengan mengatur perubahan perilakunya dengan mengatur dampaknya
menggunakan indikator dari self management.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara self
management dengan tingkat stres pada pasien hipertensi di RSD dr. Soebandi
Jember. Semakin baik self management pasien hipertensi, maka semakin ringan
tingkat stres yang dialaminya. Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan
dapat memberikan edukasi tentang self management untuk mengurangi tingkat
stres yang dialami pasien hipertensi.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1531]