PENENTUAN INDEKS EROSI DAN POTENSI BAHAYA LONGSOR DI SUB DAS KALIPUTIH JEMBER
Abstract
Alih fungsi lahan dari hutan ke lahan perkebunan dan pertanian di daerah dengan
kemiringan sangat curam (56%) menyebabkan penurunan kesehatan DAS. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui sebaran erosi dan potensi bahaya longsor di Sub DAS
Kaliputih. Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat erosi adalah Universal
Soil Loss Equation (USLE). Pengharkatan dan pembobotan terhadap tujuh parameter
digunakan untuk menghitung indeks potensi bahaya longsor. Ketujuh parameter
penentu indeks bahaya longsor adalah kemiringan, curah hujan, penggunaan lahan,
pelapukan batuan, permeabilitas, tekstur, dan kedalaman tanah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Sub DAS Kaliputih mempunyai empat kelas erosi, yaitu kelas I
dengan erosi sebesar 2,7 ton/ha/thn terdapat pada penggunaan lahan sawah, kelas III
dengan erosi sebesar 101,7 ton/ha/thn sampai dengan 149,6 ton/ha/thn terdapat pada
penggunaan lahan kebun landai dan hutan, kelas IV dengan erosi sebesar 355,9
ton/ha/thn terdapat pada penggunaan lahan kebun agak curam, dan kelas V dengan
erosi sebesar 660 ton/ha/thn sampai dengan 2459 ton/ha/thn terdapat paada
penggunaan lahan tegal datar, tegal landai dan kebun curam. Berdasarkan nilai
indeks potensi bahaya longsor yang ditentukan dalam penelitian ini, di Sub DAS
Kaliputih terdapat tiga tingkat bahaya longsor, yaitu rendah dengan indeks potensi
bahaya longsor sebesar 55,48 sampai dengan 61,58 terdapat pada penggunaan lahan
sawah, tegal datar, tegal landai dan kebun landai; sedang dengan indeks potensi
bahaya longsor sebesar 71,94 sampai dengan 80.68 terdapat pada penggunaan lahan
kebun agak curan dan kebun curam; dan tinggi dengan indeks potensi bahaya longsor
sebesar 86,12 tedapat pada penggunaan lahan hutan.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]