Skrining Bakteri Simbion dari Midgut Vektor Demam Berdarah Dengue Aedes aegypti
Abstract
Demam berdarah merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh virus dengue yang banyak terjadi di wilayah tropis dan subtropis, khususnya di Indonesia. Penyakit ini ditularkan oleh vektor nyamuk salah satunya adalah Ae. aegypti sebagai vektor primer. Transmisi virus dengue dalam tubuh nyamuk berawal saat nyamuk melakukan blood feeding pada manusia yang terinfeksi virus dengue. Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk akan melakukan replikasi pada salah satu bagian tubuh nyamuk berupa midgut yang kemudian akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh nyamuk, salah satunya adalah kelenjar saliva melalui hemocoel. Virus yang berada di kelenjar saliva akan ditularkan kembali ke manusia dengan proses blood feeding. Salah satu organ yang penting dalam proses transmisi virus adalah midgut yang memiliki sistem pertahanan secara fisik, fisiologis, dan molekuler terhadap patogen. Selain itu, sistem pertahanan lain pada organ midgut adalah bakteri simbion yang merupakan bakteri yang bersimbiosis di organ midgut sehingga memiliki peran terhadap sistem imun nyamuk dan perkembangan patogen, termasuk virus dengue. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan eksplorasi bakteri simbion pada midgut nyamuk Ae. aegypti untuk mengetahui peranan bakteri simbion yang dapat dikembangkan untuk pengendalian vektor.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dengan proses landing collection untuk mendapatkan larva dari lingkungan sesuai dengan habitat Ae. aegypti dan kemudian dikembangbiakkan saat proses rearing hingga menetas menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk dewasa tersebut diidentifikasi morfologinya pada bagian mesonotum, mesepimeron, dan anterior midfemur serta jenis kelaminnya dan dilanjutkan dengan proses isolasi midgut 24 jam pasca blood feeding agar membentuk blood bolus karena bakteri mengalami proliferasi secara signifikan pada waktu tersebut. Midgut hasil isolasi disuspensikan dengan PBS steril pada microtube lalu dilakukan proses pengenceran sebanyak 5 kali, yaitu pengenceran 10-1 hingga 10-5 kemudian dilakukan spread plate pada media NA + ketoconazole. Koloni yang dipilih sesuai perbedaan morfologi dilanjutkan dengan uji petogenesitas di suhu 41°C, kemudian isolat yang memiliki reaksi negatif akan dilanjutkan dengan streak plate. Isolat tersebut dilakukan identifikasi secara morfologi baik makroskopis maupun mikroskopis dengan pengecatan Gram yang selajutnya isolat akan diidentifikasi secara molekuler berupa isolasi genom bakteri, PCR dengan primer 27F dan 1492R, purifikasi, hingga sekuensing.