PENGARUH PERBANDINGAN KARBOHIDRAT DAN ASAM PADA LARUTAN PENGAWET BUNGA POTONG TERHADAP KESEGARAN DUA TIPE KRISAN
Abstract
Kualitas suatu bunga potong dapat dilihat dari lamanya umur relatif bunga
potong dalam keadaan tetap segar. Untuk menjaga kesegaran bunga potong
diperlukan tambahan larutan pengawet. Penggunaan bahan-bahan sehari-hari yang
ada disekitar kita dapat menjadi alternatif yang ekonomis. Penelitian ini
menggunakan bunga krisan (Chrysanthemum morifolium) sebagai bunga potong
yang diawetkan. Prinsip dasar perlakuan dalam pengawetan bunga potong adalah
penambahan makanan, penurunan pH air/menambah keasaman air, menghambat
proses pembusukan/perkembangbiakan bakteri. Bahan-bahan yang dibutuhkan
diantaranya adalah gula/sukrosa dan madu/fruktosa sebagai pemasok makanan,
asam asetat dan asam benzoat untuk menurunkan pH. Sedangkan pemutih
pakaian/clorox yang mengandung Sodium hipoklorit (NaClO) digunakan sebagai
anti bakteri. Dalam penelitian ini akan dibuktikan apakah bahan-bahan tersebut
dapat menjadi alternatif larutan pengawet bunga potong dan perlu juga dicari
dosis yang tepat untuk mempertahankan kesegaran bunga dengan waktu yang
lama. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara larutan pengawet
yang diuji terhadap waktu kesegaran 2 tipe bunga krisan. Tipe krisan yang
digunakan adalah tipe spray dan tipe standart.
Penelitian ini dilakukan dalam ruangan kamar dengan kelembapan relatif
78%, dan suhu ruang 24-300 C, mulai bulan September hingga Oktober 2009 di
Jember. Bunga krisan diambil dari kebun bunga potong pada periode panen
Agustus. Tingkat kemekaran saat panen adalah 80%, dengan panjang tangkai ratarata
65 cm kemudian dipotong sama panjang 40 cm. Bunga krisan standart (T1)
dan krisan spray (T2) dimasukan dalam 5 larutan pengawet, kombinasi pertama
yaitu : gula pasir 25g/l + asam benzoat 100mg/l + chlorox 1ml/l (L1), gula pasir
25g/l + cuka dapur 0,4ml/l + chlorox 1ml/l (L2), gula pasir 50g/l + cuka dapur
v
0,4ml/l + chlorox 1ml/l (L3), madu cair 25ml/l + asam benzoat 100mg/l + chlorox
1ml/l (L4), madu cair 25ml/l + cuka dapur 0,4ml/l + chlorox 1ml/l (L5), sehingga
didapatkan 10 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 5 ulangan. Perendam
dilakukan hingga bunga layu. Larutan dibiarkan tidak ditambahkan air atau
diganti airnya hingga massa percobaan selesai. Bila terjadi kelayuan atau busuk
pada pangkal batang maka dilakukan pemotongan. Pengamatan dihentikan atau
percobaan selesai apabila bunga mulai menunjukkan gejala kelayuan.
Variabel pengamatan meliputi : diameter bunga, tebal mahkota bunga,
berat tanaman, panjang tangkai busuk, diameter batang, dan waktu kesegaran
bunga. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji beda nyata
terkecil dengan taraf 5%.
Hasil analisis diperoleh bahwa perlakuan larutan pengawet berpengaruh
sangat nyata terhadap kesegaran bunga, diameter bunga, tebal bunga dan berat
segar, tetapi berbeda tidak nyata pada diameter tangkai. Sedangkan tipe bunga
memiliki hasil berpengaruh sangat nyata pada semua variabel. Interaksi keduanya
berpengaruh sangat nyata, kecuali pada variabel diameter tangkai yang
berpengaruh tidak nyata.
Proses kelayuan merupakan tahapan normal dalam siklus tanaman, tetapi
proses kelayuan dapat dipercepat dengan adanya air yang hilang. Karbohidrat atau
gula merupakan sumber nutrisi utama dan sumber energi untuk kelangsungan
proses metabolisme bunga potong dan dapat menambah waktu kesegaran jika
diberikan secara tepat.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara larutan dengan
komposisi madu cair 25 ml/l + asam benzoat 100 mg + 1 ml chlorox dalam 1 liter
air dengan memberikan hasil penambahan waktu kesegaran terbaik pada krisan
jenis standart yaitu 23 hari. Larutan pengawet dengan komposisi gula pasir 50 g/l
+ cuka dapur 0,4 ml/l + chlorox 1 ml, memberikan hasil penambahan waktu
kesegaran terbaik bagi krisan jenis spray yaitu 21 hari.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]