dc.description.abstract | Karya Sastra terlahir tidak bisa melepaskan diri dari cangkang
mimesis berdimensi sosial kultural maupun sisi humanisme pengarang dalam
menangkap realitas kehidupan. Realitas kehidupan yang bersumber dari
sejarah kolonialisme seringkali menjadi sumber ide kreatif untuk
mengaktualisasikan sisi humanisme dan aspek kreativitas pengarang dalam
menciptakan karya sastra. Sejarah praktik kolonialisme meninggalkan cerita
dramatis, heroisme, tragedi, satire, kekerasan, ketidakadilan, abuse of power,
keputusasaan yang dalam anatomi karya sastra merupakan pondasi dari
konstruksi sumber konten-konten cerita. Banyak karya sastra besar
(masterpiece) dan berhasil menembus spektrum waktu yang berdimensi
cerita kolonial, seperti novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer dengan
tetralogi pulau Buru yaitu: Bumi Manusia, Jejak Langkah, Rumah Kaca, dan
Anak Semua Bangsa. Juga karya lain seperti Perburuan, Gadis Pantai, dan
Larasati. Selain itu, juga karya Y.B. Mangunwijaya berjudul Burung-burung
Manyar. Novel karya sastrawan muda yang oleh Benedict Anderson disebut
sebagai Pramoedya Muda, yaitu Eka Kurniawan dengan novel Cantik Itu
Luka. | en_US |