Daya Hambat Ekstrak Buah Okra Hijau (Abelmoschus esculentus) Terhadap Enterococcus faecalis ATCC 29212 Saluran Akar Gigi
Abstract
Nekrosis pulpa merupakan kondisi kematian pulpa akibat inflamasi pada pulpa yang tidak dirawat. Mikroorganisme memiliki peranan penting terhadap infeksi yang menyebabkan terjadinya nekrosis pada pulpa gigi. Enterococcus faecalis merupakan bakteri anaerob fakultatif gram positif yang sering ditemukan dalam saluran akar gigi dan dapat bertahan di dalamnya meskipun sudah dilakukan perawatan. Prevalensi infeksi saluran akar yang disebabkan oleh bakteri E. faecalis berkisar antara 24-77%. Perawatan yang dapat dilakukan pada gigi dengan nekrosis pulpa adalah perawatan saluran akar. Salah satu tahapan penting dalam perawatan saluran akar yaitu tahap irigasi yang bertujuan untuk memudahkan pengeluaran jaringan nekrotik, debris, dan membunuh mikroorganisme dari saluran akar yang terinfeksi. Sodium hipoklorit (NaOCl) 2,5% merupakan salah satu bahan irigasi saluran akar yang sering digunakan karena bersifat antimikroba spektrum luas dan dapat melarutkan jaringan nekrotik. Kekurangan NaOCl 2,5% yaitu bau dan rasa yang tidak enak, dapat menyebabkan iritasi apabila terdorong ke jaringan periapikal. Oleh karena itu diperlukan alternatif dari bahan yang bersifat alami untuk memperbaiki kekurangan sifat tersebut. Salah satu bahan alami yang bisa digunakan sebagai alternatif adalah buah okra hijau. Buah okra hijau diketahui memiliki kandungan senyawa aktif yang bersifat antibakteri seperti alkaloid, terpenoid, flavonoid, saponin dan tanin. Kandungan senyawa aktif ini sangat diperlukan untuk salah satu syarat dari bahan irigasi saluran akar yaitu bersifat antibakteri. Sifat antibakteri dapat diketahui dengan melihat daya hambatnya terhadap suatu jenis bakteri tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak buah okra hijau (Abelmoschus esculentus) terhadap pertumbuhan E. faecalis ATCC 29212.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian post test only control group design. Penelitian ini menggunakan metode disk diffusion yang terdiri dari 5 kelompok penelitian yaitu ekstrak buah okra hijau (Abelmoschus esculentus) konsentrasi 1,563%, 3,125%, 6,25%, 12,5% dan kelompok pembanding (NaOCl 2,5%). Kertas cakram direndam pada masing-masing kelompok penelitian hingga jenuh (selama 30 detik). Letakkan kertas cakram diatas media BHI-A yang telah diinokulasi E. faecalis ATCC 29212 dalam petridish. Selanjutnya petridish dimasukan ke dalam anaerobic jar dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37 °C. Diameter zona hambat diukur menggunakan jangka sorong pada zona bening disekitar kertas cakram. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata diameter zona hambat ekstrak buah okra hijau konsentrasi 1,563% (0 mm), 3,125% (0 mm), 6,25% (15,19 mm), 12,5% (18,03 mm), dan NaOCl 2,5% (24,07 mm). Selanjutnya dilakukan uji normalitas Shapiro Wilk dan uji homogenitas Levene menunjukkan data penelitian berdistribusi normal namun tidak homogen. Oleh karena itu, data dianalisis menggunakan uji statistik non parametrik Kruskal Wallis, didapatkan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Dilanjutkan dengan uji Mann Whitney U yang menunjukan perbedaan yang signifikan antar semua kelompok perlakuan kecuali konsentrasi 1,563% dan 3,125%. Kesimpulan hasil penelitian ini bahwa ekstrak buah okra hijau (Abelmoschus esculentus) memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan E. faecalis ATCC 29212 pada konsentrasi 6,25% dan 12,5%. Daya hambat konsentrasi ekstrak buah okra hjau 12,5% terhadap pertumbuhan E. faecalis ATCC 29212 merupakan konsentrasi yang mendekati NaOCl 2,5%.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]