Show simple item record

dc.contributor.authorSOFYAN, Akhmad
dc.contributor.authorHIDAYATULLAH, Panakajaya
dc.contributor.authorBADRUDIN, Ali
dc.date.accessioned2022-11-04T00:19:29Z
dc.date.available2022-11-04T00:19:29Z
dc.date.issued2019-07-30
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/110572
dc.description.abstractArtikel ini merupakan hasil penelitian antropologi seni yang menjelaskan perihal pasemon sebagai bahasa kritik dalam seni pertunjukan masyarakat Madura. Secara komprehensif menelaah klasifikasi model pasemon sebagai bahasa kritik dalam seni pertunjukan masyarakat Madura ditinjau secara semiotik. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pasemon dalam seni pertunjukan terbagi atas 3 model, yakni model papareghân/paparèkan; model sindiran langsung; dan model penokohan; model paparèkan merupakan model kritik yang disampaikan melalui bentuk pantun tradisional berbahasa Madura baik secara langsung maupun melalui kèjhungan (nyanyian). Paparèkan digunakan untuk mengkritik lawan main dalam pertunjukan, maupun untuk mengkritik fenomena sosial masyarakat. Model sindiran langsung, merupakan moda kritik yang diucapkan secara langung dengan kalimat yang lugas oleh aktor/pelawak di atas panggung. Umumnya sindiran diucapkan dengan gaya humor. Sindiran langsung digunakan untuk mengkritik penonton, tuan rumah, situasi sosial maupun perilaku masyarakat hari ini. Model penokohan, adalah moda kritik yang dilakukan dengan cara mendekonstruksi sistem penandaan pada tokoh-tokoh tertentu dalam realitas sosial. Tokoh yang didekonstruksi sistem penandanya biasana tokoh yang dekat dengan kehidupan masyarkat Madura seperti tokoh polisi dan dukun.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherpatrawidyaen_US
dc.subjectkritiken_US
dc.subjectMaduraen_US
dc.subjectpasemonen_US
dc.subjectseni pertunjukanen_US
dc.titlePasemon Sebagai Bahasa Kritik dalam Seni Pertunjukan Masyarakat Maduraen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record