Isolasi Fungi Tanah Muara Desa Patoa Gorontalo dan Skrining Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
Abstract
Salah satu penyakit yang menyebabkan tingginya morbiditas dan
mortatilitas adalah penyakit infeksi. Infeksi terjadi karena adanya invasi
mikroorganisme patogen seperti bakteri secara langsung oleh mikroorganisme
tersebut atau dengan vektor atau perantara. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri
dapat ditangani dengan penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak
tepat mengakibatkan munculnya kejadian resistensi salah satunya pada bakteri
Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik golongan methicillin
(MRSA) yang ditemukan pertama kali di rumah sakit tahun 1962. Berdasarkan hal
tersebut, pencarian dan pengembangan alternatif antibakteri terhadap S. aureus
diperlukan untuk mengatasi masalah resistensi yang terjadi. Saat ini telah banyak
dilakukan pencarian senyawa antibakteri baru dari bahan alam terutama dari
mikroorganisme seperti fungi. Hal tersebut didasarkan pada beberapa penemuan
antibiotik yang didapatkan dari metabolit sekunder fungi. Fungi yang berpotensi
menghasilkan senyawa metabolit sekunder antibakteri adalah fungi tanah, karena
tanah merupakan habitat yang paling potensial untuk fungi tumbuh. Salah satu
tanah yang diduga poten adalah tanah muara. Tanah muara banyak ditumbuhi oleh
tanaman mangrove yang mana mangrove mampu menyimpan karbon sehingga
menyediakan nutrisi bagi fungi. Kondisi lingkungan tanah muara yang ekstrim
memicu fungi yang ada didalamnya untuk beradaptasi dan mempertahankan diri
dengan menghasilkan metabolit sekunder. Penelitian mengenai pencarian senyawa
antibakteri dari fungi tanah muara mangrove masih minim dilakukan. Oleh karena
itu perlunya dilakukan pencarian senyawa antibakteri dari fungi tanah muara
mangrove terutama di Indonesia yang mana memiliki keanekaragaman hayati
yang melimpah. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada penelitian ini dilakukan isolasi
fungi tanah muara Desa Patoa Gorontalo dan skrining aktivitas antibakteri
terhadap bakteri S. aureus. Tanah muara yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dari tanah muara Desa Patoa, Provinsi Gorontalo yang selanjutnya
dilakukan proses penumbuhan dan isolasi berdasarkan identifikasi makroskopis
serta mikroskopis. Hasil dari proses isolasi didapatkan enam isolat fungi tanah
muara dengan kode IS1-BTG1-2, IS1-BTG1-4, IS2-BTG1-1-1, IS2-BTG1-1-2,
IS2-BTG1-3-1, dan IS2-BTG1-3-2. Keenam isolat tersebut dilanjutkan ke tahap
pengujian antagonis sebagai tahap skrining awal untuk melihat isolat fungi tanah
yang berpotensi memiliki aktivitas penghambatan bakteri S. aureus dengan
melihat zona hambat yang terbentuk. Setelah dilakukan pengujian antagonis
keenam isolat fungi difermentasi menggunakan medium cair untuk
memperbanyak biomassa isolat fungi. Hasil fermentasi kemudian di ekstraksi
menggunakan pelarut etil asetat. Ekstrak yang didapatkan digunakan untuk
skrining kandungan senyawa menggunakan metode KLT dengan reagen teretntu
sebagai penampak noda. Ekstrak etil asetat hasil fermentasi isolat fungi tanah
muara selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode
mikrodilusi berdasarkan protokol standar CLSI dengan kontrol positif yang
digunakan gentamisin 1 µg/mL dan kontrol negatif DMSO 1%.
Hasil uji antagonis menunjukkan enam isolat fungi memiliki aktivitas
penghambatan bakteri S. aureus. Hasil skrining kandungan senyawa dalam
ekstrak etil asetat hasil fermentasi isolat fungi tanah muara menunjukkan terdapat
senyawa golongan alkaloid (IS2-BTG1-3-1, IS2-BTG1-1-1, IS2-BTG1-3-2),
terpenoid (IS2-BTG1-1-1, IS1-BTG1-4, IS2-BTG1-3-2, IS1-BTG1-2, IS2-BTG1-
1-2), dan fenolat (IS2-BTG-1-3-1). Hasil dari metode mikrodilusi didapatkan
persen penghambatan pada masing-masing ekstrak dengan kode isolat fungi IS1-
BTG1-2 (61,5 ± 6,2%), IS2-BTG1-1-2 (54,2 ± 2,4%), IS2-BTG1-3-2 (52,1 ±
4,0%), IS2-BTG1-1-1 (46,0 ± 2,2%), IS1-BTG1-4 (42,7 ± 4,4%), IS2-BTG1-3-1
(35,6% ± 1,4).
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]