Pemberian Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk) dalam Mencegah Fibrosis Hepar pada Tikus Wistar Jantan Model Diabetes
Abstract
Kelainan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) diakibatkan oleh kurangnya insulin, resistensi insulin, atau gabungan keduanya biasa disebut kencing manis atau Diabetes Melitus (DM). DM merupakan faktor risiko terjadinya nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) yang memicu terjadinya nonalcoholic steatohepatitis (NASH) dengan nekroinflamasi fibrosis, sirosis hepatis dan berakhir dengan hepatocellular carcinoma (HCC). Data prevalensi NAFLD menunjukkan bahwa lebih dari 70% pasien DM tipe 2 memiliki NAFLD, serta 20% NAFLD tersebut berkembang menjadi fibrosis hepar dan berakhir menjadi HCC. NAFLD pada DM akan memicu stres oksidatif dengan peningkatan produksi reactive oxygen species (ROS). Pada pasien DM jumlah antioksidan endogen seperti superoksida dismutase, peroksidase glutheparone, gluthathione reduktase, dan catalase akan menurun karena terjadinya peningkatan ROS. Dibutuhkan senyawa antioksidan eksogen untuk menyeimbangkan atau menghambat ROS didalam tubuh seperti flavonoid, vitamin C, E, dan pro vitamin A. Melalui konsumsi makanan yang mengandung antioksidan eksogen dapat menambah jumlah antioksidan dalam tubuh yang akan menghambat ROS. Data menyebutkan 49% penduduk Indonesia masih memanfaatkan tanaman herbal sebagai obat-obatan, salah satunya ialah daun kelor. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lamk) dengan dosis 1000mg/kgBB dapat mencegah fibrosis jaringan hepar pada tikus wistar jantan yang diinduksi streptozotocin.
Penelitian ini menggunkana 33 ekor tikus wistar jantan (Rattus novergicus) yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu KN, KD, dan P. KN adalah kelompok kontrol normal yang diinduksi normal salin secara intraperitoneal dan diberikan normal salin secara peroral selama 28 hari. KD adalah kelompok kontrol diabetes yang diinduksi STZ secara intraperitoneal dan diberikan normal salin secara peroral selama 28 hari. P adalah kelompok perlakuan yang diinduksi STZ secara intraperitoneal dan diberikan ekstrak daun kelor secara peroral selama 28 hari.
Hasil penelitian ini menunjukkan ekstrak daun kelor dapat mencegah fibrosis jaringan pada tikus wistar jantan yang diinduksi STZ. Hasi analisis data penilaian fibrosis hepar dengan sistem METAVIR diuji menggunakan uji Kruskall-Wallis yang menunjukkan hasil signifikan yaitu p=0,000. Kemudian analisis data dilanjutkan menggunakan uji posthoc Mann-Whitney untuk menunjukkan adanya perbedaan signifikan antarkelompok. Pada kelompok KN dan KD menunjukkan perbedaan signifikan, sehingga dapat diartikan bahwa induksi STZ pada tikus kelompok KD benar-benar mampu membuat tikus menjadi hiperglikemia sehingga mengakibatkan terjadinya fibrosis dengan stadium yang lebih tinggi. Pada kelompok KN dan P menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan, sehingga dapat diartikan bahwa pemberian ekstrak daun kelor 1000 mg/kgBB dapat benar benar mencegah fibrosis hepar pada kelompok P serta hasil yang hampir menyerupai kelompok KN. Pada kelompok KD dan P menunjukkan perbedaan signifikan, sehingga dapat diartikan bahwa pemberian ekstrak daun kelor 1000 mg/kgBB dapat benar benar mencegah fibrosis hepar pada kelompok P.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]