Penggunaan Karbon Aktif Kulit Singkong Manihot Utilissima Sebagai Adsorben Kromium Total CR pada Limbah Cair Batik Studi di Industri Batik Najiha Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi
Abstract
Sejak dinobatkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO permintaan batik di pasar dunia semakin meningkat. Kemenperin RI mencatat ekspor batik tahun 2020 mencapai USD 532,7 juta dan pada periode triwulan I 2021 telah menembus USD 157,8 juta. Peningkatan ekspor batik berdampak positif bagi perekonomian nasional dan berhasil menjadi market leader batik dunia, namun hal ini buruk bagi lingkungan karena produksi batik menghasilkan air limbah mengandung kromium (Cr). Cr merupakan logam berat yang sulit diurai lingkungan sehingga dapat terakumulasi di tubuh manusia melalui rantai makanan dan menyebabkan iritasi, ruam, penyakit paru, sakit perut, kerusakan hati dan ginjal, kanker, hingga kematian.
Potensi bahaya yang ditimbulkan oleh Cr membuat air limbah batik perlu diolah sebelum dibuang ke lingkungan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah penyerapan logam berat dengan metode adsorbsi. Adsorbsi dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah organik seperti kulit singkong, karena mengandung tinggi karbon yang dapat mengikat logam dengan baik. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan kadar Cr pada limbah cair batik yang tidak diberi perlakuan dan diberi perlakukan pemberian karbon aktif kulit singkong.
Jenis penelitian ini eksperimental dengan desain penelitian True Experimental Design dalam bentuk Posttest Only Control Group Design yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu limbah cair batik tanpa diberi perlakuan (K), limbah cair batik yang diberi penambahan karbon aktif kulit singkong 4 g/0,4
xi
L (P1), 6 g/0,4 L (P2), dan 8 g/0,4 L (P3). Penelitian ini dilakukan di Industri Batik Najiha Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi. Populasi dalam penelitian ini adalah limbah cair proses pembuatan kain batik. Teknik pengambilan sampel menggunakan metoda pengambilan air limbah bagi industri yang belum memiliki IPAL yaitu cara sesaat atau grab sampling.
Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan pengukuran kadar Cr limbah cair batik kelompok kontrol sebesar 1,148367 mg/L, P1 sebesar 1.013700 mg/L, P2 sebesar 0.997000 mg/L, dan P3 sebesar 0.902733 mg/L. Kadar Cr kelompok perlakuan menunjukan nilai lebih kecil dibanding kelompok kontrol, dan pada kelompok perlakuan kadar Cr semakin menurun seiring bertambahnya massa karbon aktif kulit singkong. Persentase penurunan kadar Cr pada P1 adalah sebesar 11,7 % , P2 sebesar 13,1 %, dan P3 sebesar 21,4 %. Berdasarkan hasil Uji One Way Anova (α= 0,05) didapatkan nilai signifikansi 0,000 antara kelompok kontrol (K) dengan kelompok perlakuan, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol (K) dengan kelompok perlakukan (P1, P2, dan P3) memiliki perbedaan rata-rata kadar Cr yang signifikan.
Penelitian ini memiliki keterbatasan jumlah alat laboratorium, massa karbon aktif yang digunakan terlalu kecil dan tidak dilakukan pengujian kualitas, selain itu waktu kontak yang digunakan terlalu lama. Saran berdasarkan penelitian bagi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) diharapkan melakukan pemantauan limbah cair industri batik berkala setiap enam bulan sekali. Pemilik industri batik diharapakan mengujikan air limbah setiap bulan dan melakukan pengolahan air limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian kualitas arang aktif, variasi ukuran partikel dan kecepatan pengadukan, serta melakukan pengujian terhadap logam berat selain Cr, seperti Cu, Cd, dan Hg.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]