Faktor Individu dan Kejenuhan dengan Stres Kerja pada Guru Sekolah Dasar Sederajat di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember
Abstract
Stres kerja merupakan kondisi ketidaksesuaian kapasitas, sumber daya, dan
kebutuhan pekerja sehingga menyebabkan gangguan psikologis, fisiologis, dan
perilaku. Salah satu pekerjaan yang berisiko mengalami stres kerja adalah guru.
Stres kerja pada guru ditunjukkan dengan perasaan gelisah, kehilangan kontrol
emosi sehingga mudah marah, kesulitan konsentrasi, penurunan kinerja. Stres
kerja guru lebih banyak terjadi pada guru Sekolah Dasar karena menjadi guru
kelas yang cenderung monoton. Stres kerja disebabkan faktor individu dan
kejenuhan. Berdasarkan studi pendahuluan, guru Sekolah Dasar di Kecamatan
Wuluhan mengalami stres kerja karena kejenuhan seperti menjelaskan materi pada
siswa yang sama setiap harinya terutama saat siswa tidak memahami materi
sehingga harus menjelaskan berulang-ulang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan faktor individu dan kejenuhan dengan stres kerja pada guru
Sekolah Dasar Sederajat di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
analitik dan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di 48 SD/MI di
Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember pada bulan Februari 2021. Sampel pada
penelitian ini yaitu guru kelas di 48 Sekolah Dasar Sederajat di Kecamatan
Wuluhan Kabupaten Jember sebanyak 116 guru yang diperoleh menggunakan
metode proportional dan simple random sampling. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah faktor individu (jenis kelamin, usia dan masa kerja) dan
kejenuhan, sedangkan variabel terikatnya yaitu stres kerja. Pengumpulan data
dilakukan secara angket online menggunakan google form. Instrumen
menggunakan kuesioner faktor individu, Boredom Proneness Scale dan Stress Inventory Revised. Analisis data menggunakan uji statistik spearmann untuk
mengetahui hubungan antar variabel terikat dan variabel bebas.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan dengan lebih banyak berusia 26-35 tahun dan masa
kerja 5-20 tahun. Sebagian besar responden mengalami kejenuhan tingkat sedang,
namun juga ada yang mengalami kejenuhan tingkat tinggi. Responden paling
banyak mengalami stres kerja tingkat rendah, namun ada juga yang mengalami
stres kerja tingkat tinggi. Hasil analisis bivariat menggunakan uji korelasi
spearmann dan chi-square dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0,05
menunjukkan bahwa faktor individu yang meliputi jenis kelamin dan usia tidak
memiliki hubungan dengan stres kerja (jenis kelamin р-value=0,806, dan usia р value=0,751). Masa kerja memiliki hubungan dengan stres kerja karena memiliki
nilai р-value < 0,05, yaitu 0,036. Variabel kejenuhan memiliki hubungan dengan
stres kerja karena memiliki nilai р-value < 0,05, yaitu <0,00001. Kejenuhan
responden paling banyak berada pada tingkat sedang karena disebabkan oleh
banyaknya hal yang harus dilakukan berulang dan monoton, dibutuhkan banyak
dorongan untuk semangat, dan keinginan mengerjakan sesuatu yang lebih
menantang. Stres kerja responden diakibatkan karena guru membutuhkan keahlian
baru yaitu terkait kemampuan untuk menentukan metode pembelajaran yang
sesuai dengan siswa agar pembelajaran dapat maksimal.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah untuk
kepala sekolah, guru, dan peneliti selanjutnya. Saran bagi kepala sekolah
diharapkan dapat melakukan evaluasi berupa sharing terkait hambatan yang
dirasakan guru dan melakukan pelatihan serta penyediaan referensi metode
pembelajaran. Saran bagi guru yaitu diharapkan dapat mengembangkan
kompetensi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan siswa. Saran bagi
peneliti selanjutnya diharapkan melakukan pengambilan data secara tatap muka,
memperluas cakupan penelitian, menambah variabel lain, dan melakukan
penelitian terkait jenis stres kerja yang lain seperti eustress
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]