Optimasi Cremophor dan Polietilen Glikol pada Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System Glimepirid dalam Minyak Myritol
Abstract
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
tingginya kadar gula dalam darah. Sebanyak 463 juta atau 9,3% orang dewasa
berusia 20-79 tahun menderita diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 2 merupakan
tipe diabetes yang paling banyak diderita yaitu sekitar sekitar 90-95% dari seluruh
kasus diabetes di dunia. Glimepirid merupakan obat antidiabetes golongan
sulfonilurea generasi ketiga yang tergolong dalam Biopharmaceutics Classification
System (BCS) kelas II dengan permeabilitas yang tinggi namun memiliki kelarutan
yang rendah.
Pemberian glimepirid secara oral memunculkan tantangan yang berat
karena pola absorpsi yang buruk serta first pass metabolism yang cepat dan tidak
dapat diprediksi. Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS)
merupakan salah satu sistem penghantaran obat yang dapat meningkatkan kelarutan
senyawa yang sukar larut dalam air. Komponen SNEDDS yaitu myritol 318 sebagai
fase minyak, cremophor RH 40 sebagai surfaktan, dan PEG 400 sebagai
kosurfaktan dipilih berdasarkan hasil orientasi dan studi pustaka. Proporsi jumlah
cremophor RH 40 dan PEG 400 sebagai surfaktan dan kosurfaktan dapat
berpengaruh pada ukuran droplet nanoemulsi yang terbentuk pada sediaan
SNEDDS sehingga perlu dilakukan optimasi untuk mendapatkan proporsi yang
tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi pengaruh proporsi jumlah
cremophor RH 40 dan PEG 400 dalam formulasi sediaan SNEDDS glimepirid serta
responnya terhadap persen transmitan dan waktu emulsifikasi. Penelitian ini
menggunakan metode simplex lattice design yang dianalisis melalui Software
Design Expert sehingga menghasilkan formula optimum dan kemudian dilakukan
uji verifikasi dan karakterisasi meliputi organoleptis, pH, ukuran partikel, distribusi partikel, stabilitas termodinamika, dan uji disolusi in vitro. Uji disolusi in vitro
dilakukan menggunakan alat uji disolusi tipe 2 untuk menentukan persen pelepasan
dan efisiensi disolusi. Hasil uji disolusi in vitro dianalisis menggunakan add-in
program DDSolver untuk menentukan model kinetika pelepasan yang tepat dari
formula optimum SNEDDS glimepirid.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan cremophor RH 40 dan
PEG 400 akan memberikan peningkatan nilai transmitan dan waktu emulsifikasi,
serta tidak ada pengaruh interaksi antara cremophor RH 40 dan PEG 400 terhadap
nilai transmitan dan waktu emulsifikasi. Cremophor RH 40 berpengaruh lebih besar
dalam meningkatkan transmitan dan waktu emulsifikasi dibandingkan dengan PEG
400. Formula optimum SNEDDS glimepirid terdiri atas 0,1 mL myritol 318, 0,763
mL cremophor RH 40, dan 0,137 mL PEG 400 dengan prediksi nilai transmitan
96,670% dan waktu emulsifikasi 60 detik. Formula optimum SNEDDS glimepirid
memiliki tampilan tidak berwarna, jernih, dan sedikit beraroma; pH sebesar 6,2 ±
0,036; ukuran partikel sebesar 22,84 nm; distribusi partikel monodispersi dengan
indeks polidispersitas sebesar 0,01281; dan sistem yang stabil ditandai dengan tidak
adanya pemisahan fase maupun pengendapan pada uji stabilitas.
Hasil uji disolusi in vitro formula optimum SNEDDS glimepirid
menghasilkan laju disolusi yang mengalami peningkatan signifikan jika
dibandingkan dengan glimepirid murni dengan nilai persen (%) pelepasan menit
ke-60 masing-masing sebesar (98,287 ± 0,976)% dan (38,563 ± 1,713)% serta nilai
efesiensi disolusi 60 menit masing-masing sebesar (63,763 ± 0,538)% dan (24,883
± 0,905). Model kinetika pelepasan formula optimum SNEDSS glimepirid
mengikuti model persamaan Korsmeyer-Peppas dengan nilai R2 Adjusted, AIC, dan
MSC masing-masing sebesar 0,9906, 24,7888, dan 4,2393.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]