Suhu Pengukuran Optimum untuk Identifikasi Profil Aroma Kopi Banyuwangi Menggunakan Electronic Nose Instrument
Abstract
Kopi menjadi salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia.
Produksi kopi di Indonesia didominasi oleh jenis kopi robusta yakni mencapai 80%
dari total produksi kopi nasional. Banyuwangi menjadi salah satu kabupaten
penghasil kopi terbesar di Jawa Timur dimana pada tahun 2021 jumlah produksi
kopi di Banyuwangi mencapai 10.518 ton. Kebun kopi yang terdapat di Kabupaten
Banyuwangi diantaranya yaitu kebun Glenevis, Malangsari, Kalipuro dan
Kalibendo. Karakteristik kopi dari masing-masing kebun memiliki ciri khas
tersendiri baik dari segi cita rasa maupun aromanya dikarenakan komponen
senyawa penyusunnya yang berbeda-beda.
Identifikasi karakteristik aroma kopi dapat dilakukan dengan beberapa cara
salah satunya menggunakan instrumen electronic nose. Instrumen ini terdiri dari
rangkaian sensor gas yang disusun secara array dan dihubungkan dengan Arduino
sebagai sistem prosesor sinyal yang dihasilkan. Prinsip kerja dari instrument
electronic nose ini mirip dengan kinerja dari system indera penciuman manusia
dalam hal ini sensor akan mendeteksi aroma yang berasal dari uap kopi sehingga
dihasilkan respon tegangan dari sensor. Respon tersebut selanjutnya akan
diteruskan ke Arduino untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital yang
dapat ditampilkan pada monitor. Penelitian kali ini menggunakan delapan jenis
sensor gas yaitu sensor MQ2.MQ3, MQ6, MQ7, MQ8, MQ9, MQ135, dan MQ136.
Penelitian identifikasi aroma kopi menggunakan electronic nose telah
banyak dilakukan sebelumnya, sehingga perlu dilakukan beberapa optimasi untuk
meningkatkan kinerja dari electronic nose dalam mendeteksi pola respon aroma
kopi. Penelitian kali ini bertujuan untuk menentukan suhu pengukuran optimum
yang digunakan pada proses identifikasi profil aroma kopi menggunakan sensor gas
array yang disusun pada chamber berbentuk planar. Penentuan suhu optimum ini
dimaksudkan agar nantinya dapat diperoleh hasil pengukuran yang lebih maksimal sehingga sistem electronic nose dapat mengklasifikasikan dan mengenali roma kopi
dengan baik. Hasil pengukuran respon aroma kopi berdasarkan variasi suhu
pengukuran menghasilkan pola respon yang berbeda-beda baik dari masing-masing
kebun pada setiap variasi suhu berdasarkan grafik radar chart yang diperoleh.
Penentuan suhu pengukuran optimum dilakukan dengan menggunakan metode
Principal Component Analysis (PCA) dengan menganalisis tingkat klasifikasi pada
setiap variasi suhu. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini variasi suhu
pengukuran 30, 40, 45, dan 50℃ menghasilkan tingkat klasifikasi yang kurang
optimal dan nilai total komponen utama (PC) yang rendah. Suhu optimum
berdasarkan analisis PCA diperoleh pada suhu 35℃ dikarenakan pada suhu ini
masing-masing kopi dapat terklasifikasikan dengan optimal dan nilai total
komponen utama yang diperoleh relatif tinggi yaitu sebesar 83,8%. Validasi metode
analisis ini dilakukan menggunakan metode confusion matrix dan mengasilkan
hasil akurasi sebesar 100% dengan tingkat presisi sebesar 1 yang menunjukkan
bahwa metode analisis tersebut telah memiliki peforma yang optimal.