Pidato Cinta Laura Kiehl dalam Peluncuran Aksi Moderasi Beragama 2021 (Analisis Wacana Kritis)
Abstract
Pidato Cinta Laura Kiehl dalam Peluncuran Aksi Moderasi Beragama 2021 (Analisis Wacana Kritis); Yuyun Ramadani; 180110201013; 2022; 131 halaman; Prodi sastra Indonesia; Fakultas Ilmu Budaya; Universitas Jember.
Penelitian ini mengkaji pidato Cinta Laura Kiehl dalam peluncuran aksi moderasi beragama 2021 yang dilaksanakan di gedung Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin No.6, Jakarta. Analisis Wacana Kritis (AWK) menilai suatu wacana tidak pernah netral atau memihak. Wacana dipahami sebagai sarana untuk memproduksi dan mereproduksi makna oleh subjek atas kepentingan tertentu. Penelitian ini menggunakan model AWK oleh Norman Fairclough yang berfokus pada tiga dimensi analisis yaitu; 1) analisis teks, 2) analisis praktik wacana (discourse practice), dan 3) analisis praktik sosiokultural (sociocultural practice). Tujuan penelitian ini sebagai berikut: (1) mendeskripsikan wacana pidato Cinta Laura Kiehl dikaji dengan wacana sebagai teks, praktik wacana (discourse practice), dan praktik sosiokultural (sociocultural practice); dan (2) Mendeskripsikan ideologi yang tercermin dalam pidato Cinta Laura Kiehl pada pidato peluncuran aksi moderasi beragama 2021.
AWK merupakan penerapan langsung metode kualitatif yang dilakukan secara eksplanatif. Penyediaan data menggunakan metode simak bebas libat cakap, peneliti hanya sebagai pemerhati mendengarkan apa yang dikatakan dan dibantu dengan teknik catat. Data diperoleh dari mengunduh video pidato Cinta Laura Kiehl dalam peluncuran aksi moderasi beragama 2021 di laman youtube.com. Proses analisis dibagi menjadi tiga tahap, yaitu (1) deskripsi, isi diuraikandengan teks secara deskriptif (2) interpretasi, menafsirkan teks dihubungkan dengan praktik wacana yang dilakukan untukmelihat proses teks dibuat, dan (3) eksplanasi, mencari penjelasan atas hasil penafsiran dengan menghubungkan produksi teks dengan praktik sosiokultural. Penyajian data pada penelitian ini dilakukan secara informal karena pemaparan hasil berupa kata-kata.
Hasil penelitian menunjukkan wacana pidato Cinta Laura Kiehl dalam peluncuran aksi moderasi beragama 2021 pada tataran teks dibagi menjadi lima tahapan. Representasi dalam anak kalimat dibagi dua, yaitu kosakata dan tata bahasa. Kosakata memasukkan kata atau frase dalam beberapa kategori yakni, (1) kata persona, dan (2) kata yang bernuansa religius. Tata bahasa memusatkan pada dua hal, bentuk proses dan bentuk partisipan. Bentuk proses, kegiatan ditampilkan sebagai, (1) tindakan, seperti mengenai gagasan; (2) peristiwa, yang sedang atau telah terjadi; (3) keadaan, sebuah ancaman yang sedang terjadi dan akan terjadi; (4) proses mental, berkenaan dengan menampilkan sesuatu sebagai fenomena, gejala umum, yang membentuk kesadaran khalayak, tanpa menunjuk subjek atau pelaku, dan objek atau korban secara spesifik. Bentuk partisipan hanya memunculkan aktor.
Representasi dalam kombinasi anak kalimat, membaginya menjadi tiga: (1) elaborasi diwakili kata hubung yang; (2) perpanjangan diwakili kata hubung dan, tetapi; (3) mempertinggi ditandai dengan konjungsi karena. Representasi dalam rangkaian antarkalimat menekankan pesan-pesan utama pidato seperti, posisi pembicara, teks disampaikan secara formal dan kombinasi komunikasi tertutup. Identitas, mengenai identifikasi pewacana.
Pada tataran praktik wacana berkenaan degan produksi teks dan konsumsi teks. Produksi teks, (1) ideologi Pancasila, dan (2) visi misi Kementerian Agama Republik Indonesia. Pada tataran praktik sosiokultural dibagi menjadi tiga level, yakni (1) situasional, teks yang dihasilkan dalam suasana peluncuran aksi moderasi bergama 2021 (2) institusional, peran dan dampak institusi Kementerian Agama RI, dan (3) sosial, berisi tentang opini Cinta Laura Kiehl mengenai moderasi beragama yang baru saja akan diluncurkan pada saat itu. Ideologi dominan yang digunakan dalam pidato tersebut yaitu, ideologi Pancasila.