dc.description.abstract | Artikel ini bertujuan menjelaskan dan mengkritisi konstruksi lokalitas Jawa pascakolonial
dalam lagu campursari dari masa Orde Baru hingga Reformasi. Menggunakan metode analisis
tekstual-kontekstual dengan teori poskololonial, kami akan menelaah beberapa lagu campursari
karya Nartosabdo, Manthous, Didi Kempot, dan Cak Diqin untuk mengungkap poskolonialitas
Jawa dalam moda transformatif. Metode analisis tekstual dilakukan dengan menganalisis lirik
lagu untuk menemukan wacana-wacana lokalitas Jawa yang berhubungan dengan beberapa
isu seperti nilai dan praktik kultural baru serta hubungan lelaki-perempuan di tengah-tengah
modernitas dari era Orde Baru hingga Reformasi. Metode analisis kontekstualakan membantu
kami menghubungkan secara kritis konstruksi wacana dalam teks lagu dengan kondisi
historis yang di dalamnya nilai dan praktik budaya modern yang mempengaruhi individu dan
masyarakat Jawa. Kajian ini menunjukkan bahwa lagu-lagu campursari merepresentasikan
transformasi lokalitas yang di dalamnya pencipta lagu membawa pandangan mereka terhadap
perubahan kehidupan kultural dengan cara menegosiasikan budaya Jawa dengan paradigma
yang lentur. Hal itu berarti pencipta lagu secara sadar merepresentasikan budaya lokal yang
sudah berdialog dengan budaya modern serta sebagai usaha untuk menegosiasikan dan
mentransformasi lokalitas kejawaan sekaligus sebagai strategi untuk mempopulerkan dan
memasarkan campursari. | en_US |