dc.description.abstract | Status kesehatan neonatus merupakan kunci pertumbuhan dan
perkembangan manusia lebih lanjut. Masalah kesehatan pada neonatus jika tidak
ditangani dengan baik akan berakibat pada morbiditas bahkan mortalitas. Status
kesehatan neonatus yang berhubungan langsung dengan mortalitas bayi yaitu
berat badan lahir, usia gestasi, APGAR skor dan penyakit pada bayi. Ibu hamil
dengan masalah kesehatan tertentu akan berpengaruh terhadap kesehatan
kandunganya. Salah satu penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan adalah
infeksi HIV. Epidemi kejadian HIV akhir tahun 2016 secara global pada
perempuan usia 15 tahun keatas sebesar 17,8 juta kasus (48,5%). Pada akhir 2018,
terjadi peningkatan sebesar 1 juta kasus (1,1%). Infeksi HIV dapat menular dari
ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke anak dapat dicegah dengan ARV,
walaupun bermanfaat terdapat beberapa penelitian menemukan adanya dampak
ARV terhadap status kesehatan neonatus. Berdasarkan hal tersebut, perlu
dilakukan penelitian terkait status kesehatan neonatus dari ibu bersalin dengan
infeksi HIV.
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil dengan infeksi HIV dan
neonatusnya di RSD dr. Seobandi Jember tahun 2018-2020. Teknik pengambilan
sampel dengan cara total sampling dan didapatkan sebanyak 61 data rekam
medik. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat, dilanjutkan analisis
bivariate dengan crosstab dan menggunakan nilai risk estimate untuk
mendapatkan nilai Odds Ratio. Variabel Independen pada penelitian ini yaitu
karakteristik ibu bersalin (usia, paritas, waktu terdeteksi HIV) dan penggunaan
ARV sementara itu variabel dependennya adalah status kesehatan neonatus (berat
badan lahir, usia gestasi, APGAR skor dan kelainan kongenital).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin dengan infeksi HIV
sebagian besar berusia 20 – 35 tahun (73,8%). Sebagian besar ibu memiliki paritas
2-3 anak (65,6%). Waktu terdeteksi HIV sebagian besar terdeteksi dalam waktu
kurang dari 1 tahun (75,4%). Penggunaan ARV selama kehamilan sebagian besar
menggunakan ARV (83,6%). Berat badan lahir neonatus sebagian besar ≥2500
gram (72,1%). Usia gestasi neonatus mayoritas ≥37 minggu (93,4%). APGAR
skor neonatus sebagian besar ≥7 (65,6%). Semua neonatus yang dilahirkan oleh
ibu dengan infeksi HIV tidak mengalami adanya kelainan kongenital (100%).
Hasil analisis bivariate menunjukkan bahwa, usia ibu <20 tahun dan >35 tahun,
ibu dengan paritas 1 anak, ibu dengan paritas ≥4 anak, waktu terdeteksi HIV <1
tahun dan tidak menggunakan ARV selama kehamilan bukan merupakan faktor
risiko neonatus dengan BBLR, usia gestasi preterm dan APGAR skor rendah,
karena memiliki nilai Confidence Intgerval melewati angka 1. Besaran risiko
terjadinya kelainan kongenital neonatus, tidak dapat dianalisis lebih lanjut, karena
semua neonatus yang dilahirkan tidak mengalami kelainan kongenital.
Saran yang dapat peneliti berikan kepada RSD dr. Seobandi Jember adalah
kelengkapan data terkait riwayat kesehatan pasien seperti penggunaan ARV untuk
dituliskan dengan cermat. Dinas Kesehatan Kabupaten Jember diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan terhadap ibu hamil dengan infeksi HIV sesuai pedoman
PPIA. Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu menambahkan variabel lain pada
karakteristik ibu bersalin dengan infeksi HIV seperti ANC dan berat badan ibu
serta meneliti lebih lanjut terkait status HIV neonatus. | en_US |