dc.description.abstract | Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan global. Disebutkan bahwa Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) berisiko 1,5 kali lebih tinggi menderita hipertensi dibandingkan masyarakat yang bukan WBP. Dua pertiga kasus hipertensi sebagian besar disebabkan oleh peningkatan faktor risiko pada populasi tersebut. Faktor risiko hipertensi antara lain obesitas, konsumsi lemak, karbohidrat, dan natrium yang berlebihan, kurang konsumsi serat, kurang aktivitas fisik, dan stres. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan faktor risiko hipertensi pada WBP laki-laki usia 26-45 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Responden dalam penelitian ini adalah WBP laki-laki berusia 26-45 tahun di Lapas Kelas IIA Kediri dengan sampel sebanyak 124 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengukuran dan angket. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji chi-square, dan analisis multivariat menggunakan metode enter uji regresi logistik berganda. Analisis bivariat menunjukkan bahwa status obesitas (p-value 0,000), konsumsi natrium (p-value 0,001), aktivitas fisik (p-value 0,003), dan tingkat stres (p-value 0,001) berhubungan dengan kejadian hipertensi. Sedangkan variabel konsumsi karbohidrat (p-value 0,051), konsumsi lemak (p-value 0,743), dan konsumsi serat (p-value 0,232) tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi. Pada analisis multivariat diketahui bahwa variabel aktivitas fisik merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipertensi, dengan OR 6,094. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status obesitas, konsumsi natrium, aktivitas fisik, dan tingkat stres dengan kejadian hipertensi, dan aktivitas fisik merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada WBP di Lapas Kelas IIA Kediri | en_US |