Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Tiga Tumbuhan Paku di Kawasan Gumitir Kabupaten Jember
Abstract
Resistensi antibiotik atau antibakteri merupakan fenomena yang terjadi
secara alami selama 10-15 tahun terakhir dan mengancam pengobatan penyakit
infeksi. Menurut World Health Organization (WHO) resistensi antibiotik setiap
tahun dapat membunuh hampir 9 juta orang. Pengaruh globalisasi seperti
perdagangan, perjalanan antar negara satu ke negara yang lain dapat menjadi media
penyebaran infeksi yang cepat termasuk resistensi obat, sehingga kasus ini perlu
mendapat perhatian khusus. Salah satu cara untuk menangani kasus ini dengan
mendapatkan jenis antibakteri baru baik lewat sintesis kimia maupun dari bahan
alam.
Bahan alam memiliki senyawa antibakteri yang dapat menghambat bakteri
dengan mekanisme yang berbeda dari antibakteri yang saat ini digunakan dan
mungkin memiliki nilai klinis dalam pengobatan strain mikroba resisten. Sumber
dari bahan alam dapat berupa hewan, mikroorganisme, organisme laut, dan
tumbuhan. Tumbuhan memiliki metabolit sekunder (fitokimia) yang menunjukkan
potensinya sebagai antibakteri ketika digunakan sendiri maupun dikombinasikan
dengan agen antibakteri lainnya. Hal ini meningkatkan minat dalam penelusuran
aktivitas antibakteri dari ekstrak tumbuhan dan dapat menjadikannya sebagai
kandidat obat.
Salah satu tumbuhan yang dari zaman dahulu digunakan sebagai alternatif
terapi ialah tumbuhan paku. Penggunaan paku sebagai obat tradisional telah
ditransmisikan selama berabad-abad secara lisan dari generasi ke generasi atau
dicatat dalam literatur kuno farmakope tradisional. Paku merupakan tumbuhan
yang kaya akan produk alami dengan potensi terapetik. Konstituen bioaktif paku
menunjukkan sifat farmakologis yang beragam seperti aktivitas antioksidan,
antikanker, antiinflamasi, dan antibakteri.
Berdasarkan latar belakang tersebut pada penelitian ini dilakukan uji
aktivitas antibakteri pada tiga tumbuhan paku yang didapat dari Kawasan Gumitir,
Kabupaten Jember dengan jenis spesies Pteris biaurita, Microlepia puberula, dan
Tectaria aurita. Metode ekstraksi yang digunakan ialah metode maserasi
menggunakan pelarut metanol dengan perbandingan serbuk simplisia dan pelarut
yaitu 1:10. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode mikrodilusi yang mana
gentamisin 10 µg sebagai kontrol positif dan DMSO 1% sebagai kontrol negatif.
Metode mikrodilusi dipilih sebagai metode uji karena data yang didapatkan lebih
informatif dan akurat dibandingkan dengan metode uji difusi cakram.
Pada penelitian ini dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui ekstrak
metanol ketiga tumbuhan paku mengandung golongan senyawa fenolat, terpenoid,
flavonoid, alkaloid, dan saponin. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa
ekstrak metanol ketiga tumbuhan paku hanya mengandung golongan senyawa
fenolat, terpenoid, dan flavonoid.
Hasil uji antibakteri ekstrak metanol tiga tumbuhan paku pada konsentrasi
100 µg/mL memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan
hampir semuanya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa
kecuali ekstrak metanol Microlepia puberula. Ekstrak metanol M. puberula dan P.
biaurita memiliki aktivitas dan potensi antibakteri paling besar secara berturut-turut
terhadap S. aureus dan P. aeruginosa dengan nilai persentase penghambatan
sebesar 29,41 % ± 0,55 % dan 16,91 % ± 0,04 %.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]