Perubahan Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Remaja akibat Paparan Subkronis Klorpirifos, Karbofuran dan Sipermetrin
Abstract
Insektisida merupakan salah satu jenis pestisida yang paling banyak
digunakan masyarakat dalam berbagai bidang, seperti bidang pertanian,
perkebunan, kegiatan rumah tangga dan industri. Hanya 1% dari insektisida yang
bekerja efektif menyerang target dan 99% sisanya lepas bebas menuju tanah, air,
atmosfer dan akhirnya berdampak pada organisme non target, termasuk manusia.
Insektisida klorpirifos, karbofuran dan sipermetrin merupakan jenis yang paling
banyak digunakan pada masing-masing kelompoknya, yaitu organofosfat,
karbamat dan piretroid. Selain memiliki efek utama terhadap sistem saraf, ketiga
insektisida ini juga bersifat hepatotoksik. Hepar usia remaja memiliki laju
regenerasi yang lebih cepat namun rentan mengalami kerusakan dibanding
kelompok usia tua. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan gambaran
histopatologi hepar tikus remaja akibat paparan subkronis klorpirifos, karbofuran
dan sipermetrin.
Penelitian eksperimental ini menggunakan hewan coba tikus wistar jantan
(Rattus novergicus) usia remaja yang diberi paparan insektisida klorpirifos,
karbofuran dan sipermetrin. Desain penelitian menggunakan post test-only control
group design dan teknik pengambilan sampel menggunakan Completely
Randomized Design (CRD). Penelitian ini dilakukan di Rumah Hewan Coba,
Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Jember serta Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember. Pada penelitian ini terdapat 5 kelompok perlakuan, yaitu
kelompok normal tanpa pemberian paparan (N), kelompok kontrol dengan
pemberian pelarut DMSO 5% (K), kelompok perlakuan klorpirifos 20 mg/kgbb
(P1), kelompok perlakuan karbofuran 0,2 mg/kgbb (P2) dan kelompok perlakuan
sipermetrin 20 mg/kgbb (P3). Besar sampel setiap kelompok adalah 5 ekor.
Pemberian paparan dilakukan secara injeksi subkutan dengan pelarut DMSO 5%
selama 21 hari. Metode skoring yang digunakan dalam pengamatan histopatologi
hepar adalah skor Mandja Roenigk.
Analisis data menggunakan uji ANOVA (one way analysis of varians) dan
dilanjutkan uji post hoc LSD. Pada penelitian ini didapatkan hasil signifikan
P<0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada gambaran
histopatologi hepar tikus remaja yang diberi paparan subkronis klorpirifos,
karbofuran dan sipermetrin. Gambaran kerusakan histopatologi hepar paling berat
ditemukan pada kelompok karbofuran.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]