Karakteristik Tekstur Tanah dan Implikasinya Terhadap Batas-Batas Atterberg
Abstract
Batas Atterberg memiliki peran penting dalm menentukan pengolahan
tanah. Batas Atterberg dibagi menjadi empat konsistensi tanah: Batas Cair (LL),
Batas Plastis (PL), Batas Lekat (BL), dan Batas Berubah Warna (BBW).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai batas Atterberg dan hubungannya
dengan tekstur tanah, menentukan metode pengolahan tanah, dan tingkat
ketersediaan air.
Pengambilan sampel tanah ini dilakukan sejak Agustus hingga September
2021 di lahan Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Banongan yang berlokasi di
Desa Wringinanom, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo pada posisi
geografis 114o
13'21.974" - 114o
15'0.545" E and 7o
42'7.099" - 7o
42'52.191" S.
Sampel tanah diambil dari masing-masing petak menggunakan metode
komposit, diikuti dengan analisis laboratorium sifat fisik dan kimia tanah. Data
yang dikumpulkan, dianalisis menggunakan regresi linier berganda dan korelasi
pearson.
Hasil penelitian menunjukkan tekstur tanah pada lokasi penelitian
mempunyai kelas tekstur yang relatif ringan hingga sedang, yaitu: pasir (sand), lom
klei berpasir (sandy clay loam), lom berpasir (sandy loam), dan lom berklei (clay
loam). Kelas tekstur lom klei berpasir (sandy clay loam) dominan di lokasi
penelitian.
Nilai Indeks Plastisitas (IP) pada lokasi penelitian menunjukkan kriteria
sangat rendah hingga sedang. Indeks Plastisitas (IP) dengan kriteria sangat rendah
(0%) tidak plastis terdapat pada kelas tekstur pasir (sand)) pada lokasi tanaman
kelapa dan semangka. Kelas tekstur lom klei berpasir (sandy clay loam) memiliki
Indeks Plastisitas (IP) sedang (14,3%). Indeks Plastisitas (IP) pada kawasan
penelitian lebih dipengaruhi Berat Jenis Partikel (BJP), kadar C-organik dan Natrium (Na) tanah. Analisis aktivitas klei pada kawasan penelitian menghasilkan
mineral primer yang dominan: Quartz Mineral, Calcite, Mica (Muscovite),
Kaolinite, Illite, dan Allophane.
Jangka Olah (JO) memiliki nilai yang sangat rendah mulai dari 0,000
cm3
.cm-3
sampai sedang 0,111 cm3
.cm-3
. Nilai Persediaan Air Maksimum (PAM)
yang tersedia berkisar antara 0,100 – 0,150 cm3
.cm-3
hingga 0,559 cm3
.cm-3
.
Kadar air tanah yang tepat diperlukan untuk mendapatkan struktur yang sesuai
bagi pertumbuhan akar.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kandungan klei dalam tanah tidak
mempengaruhi Indeks Plastisitas (IP) pada tanah dengan kelas tekstur ringan di
daerah penelitian. Kelas tekstur tanah ringan juga menghasilkan nilai Jangka Olah
(JO) sangat rendah hingga rendah, sehingga lebih sulit untuk mengatur kadar air
tanah selama pengolahan untuk mendapatkan agregat yang sesuai. Persediaan Air
Maksimum (PAM) pada kawasan penelitian berkisar sangat rendah hingga rendah.
Nilai PAM tersebut membawa konsekuensi untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan air: irigasi harus diterapkan dengan waktu yang lebih sering.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4297]