Hidup dalam Ruang Ketidakpastian dan Keterbatasan (Kajian Masyarakat Enclave di Kampung Merak, Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo);
Abstract
Taman Nasional Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten
Situbondo. Taman Nasional Baluran merupakan sebuah kawasan hutan lindung,
yang memiliki fungsi untuk melindungi kekayaan keanekaragaman flora, fauna,
dan ekosistem yang lainnya. Tetapi di dalam kawasan Taman Nasional Baluran
terdapat sebuah permukiman penduduk yang diberi nama Kampung Merak.
Awalnya Kampung Merak merupakan sebuah lahan Hak Guna Usaha milik PT.
Gunung Gumitir pada tahun 1975. PT. Gunung Gumitir bergerak dalam
pengelolaan pohon turi, yang digunakan sebagai pemasok bahan baku pabrik
kertas Basuki Rahmat, Kabupaten Banyuwangi. PT. Gumitir membawa sekitar
350 orang, berasal dari daerah Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jember,
Madura, dan daerah lainnya, dimana mereka dijadikan sebagai pekerja
perkebunan pohon turi milik PT. Gunung Gumitir.
Pada tahun 2000 Hak Guna Usaha PT. Gunung Gumitir telah habis, dan
PT. Gunung Gumitir harus menyerahkan lahan tersebut ke Taman Swaka
Nasional. PT. Gunung Gumitir meninggalkan Kampung Merak begitu saja, tanpa
pamit kepada masyarakat, dan tanpa meninggalkan pesangon. Setelah
ditinggalkan oleh PT. Gunung Gumitir, dan tidak adanya kembali pengelolaan
pohon turi. Hal tersebut membuat masyarakat melaksanakan sistem ekonominya
didasarkan pada aspek culture yang telah ada di kehidupannya. Masyarakat hidup
di kawasan yang sulit terjangkau, baik dari segi akses jalan, tidak adanya sarana
dan prasarana fasilitas yang memadai. Dalam memenuhi kebutuhan tempat
tinggal, mereka dihadapkan dengan permasalahan tidak adanya kejelasan hak
untuk tempat tinggal mereka. Tetapi secara administrasi, masyarakat memiliki
Kartu Tanda Penduduk sebagai masyarakat Desa Sumberwaru. Hidup di kawasan
yang sulit terjangkau, membuat masyarakat di Kampung Merak mengembangkan
relasi sosial dengan sistem kekerabatan, yang digunakan untuk melakukan
kerjasama dalam bidang usaha mereka, yang bisa membantu mereka hidup
dengan sejahtera. Kesejahteraan yang dimaksudkan adalah masyarakat mampu
mengakumulasikan modalnya untuk bisa tetap bertahan hidup di Kampung
Merak, dan membawa hasilnya keluar Kampung Merak.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Dimana dengan metode ini, penggalian data dilakukan dengan
menggunakan teknik observasi Partisipasi, wawancara mendalam (in-depth
interview),dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data peneliti
menggunakan triangulasi sumber data. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Mekanisme Survive yang dikemukakan oleh James C.Scott. Alasan
menggunakan teori ini adalah untuk membedah strategi bertahan hidup yang
dilakukan oleh masyarakat Kampung Merak.
Hasil dari penelitian yaitu, dalam mengembangkan strategi bertahan hidup
masyarakat mengembangkan pola-pola dalam kehidupan sehari-hari. Strategi
tersebut digunakan dengan tujuan agar mereka mampu bertahan hidup di
Kampung Merak. Strategi bertahan hidup yang mereka gunakan meliputi, strategi
menghemat, strategi ini mereka gunakan dengan cara menghemat pengeluaran,
dan mengganti kualitas makanan, menjadi kualitas makanan yang rendah.
Strategi memanfaatkan pertanian dan perkebunan, dalam strategi ini
masyarakat memanfaatkan lahan pertanian dan perkebunan mereka untuk
mendapatkan penghasilan yang bisa digunakan memenuhi kebutuhan hidup.
Masyarakat juga melakukan strategi beternak, yang dalam mayoritas melakukan
aktivtas gaduhan sapi. Gaduhan sapi dijadikan sebagai lapangan pekerjaan,
dengan hasil yang tidak begitu menguntungkan, masyarakat jadikan hasil dari
bekerja sebagai penggaduh sapi dijadikan simpanan ekonomi mereka. Strategi
alternatif subsisten, dalam strategi ini masyarakt mencari pekerjaan sampingan
seperti membuka usaha toko, bekerja sebagai buruh, dan menjual serta megelola
hasil sumber daya yang tersedia di hutan baluran. Meminjam uang sebagai
alternatif bertahan hidup masyarakat di masa kesusahan dalam perekonomian,
dilakukan oleh masyarakat terutama ibu rumah tangga pada saat berada di masa
kesusahan dalam perekonomian. Ada juga sebagian bekerja sebagai nelayan
dengan memanfaatkan sumber daya alam laut yang ada di sekitar Kampung
Merak, strategi mendapatkan pendidikan yang layak, dengan cara bersekolah di
luar Kampung Merak yang mayoritas bersekolah di pondok pesantren